Mohon tunggu...
Gusti Ayu Anggreni Puspita D
Gusti Ayu Anggreni Puspita D Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Om Swastyastu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Asal Mula Ritual Pelaksanaan Upacara Ngaben Umat Hindu Di Bali" Benarkah Upacara Ngaben banyak orang menyebutkan bahwa upacara itu boros?

15 Desember 2021   13:14 Diperbarui: 16 Desember 2021   12:29 2236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Upacara Ngaben merupakan upacara yang dilakukan dengan ritual pembakaran jenazah/kremasi yang termuat dalam upacara Pitra yadnya Umat Hindu di Bali.

Tadisi ngaben Umat Hindu di Bali adalah pelaksanaan upacara yang dilaksanakan untuk memulangkan atau mengembalikan Atma/roh leluhur, yang dapat diartikan dalam Bahasa Bali sebagai Pelebon yaitu ke tempat asalnya.

Palebon terdapat dari kata lebu yang diartikan sebagai tanah prathiwi.
Palebon adalah membuat Jenazah menjadi abu/tanah (prathiwi).  Prosesi menjadikan tanah ini dilakukan dengan cara membakar jenazah. agama Hindu menyebutkan dengan istilah yang namanya "Ngaben" dan menanam ke dalam tanah yaitu "Metanem".

Ritual Upacara pembakaran Jenazah ini yang dilaksanakan umat Hindu diBali bermakna kan sebagai simbol untuk menyucikan roh-roh orang-orang yang telah meninggal dunia dengan menggunakan ritual pengabenan yang dilakukan dengan membakar jenazah menggunkan Api.

Apakah Upacara Ngaben itu boros dan Haruskah Upacara Ngaben bagi masyarakat Hindu itu dilakukan untuk orang yang sudah meninggal?

Sebenarnya hal ini kembali lagi pada ajaran agama Hindu. Umat Hindu mempunyai bekal sabdha yang menjadi timbulnya hutang.
Karena dalam ajaran agama Hindu, Manusia mempunyai hutang dimasa hidupnya. Dalam ajaran Agama Hindu memiliki konsep atau filosofi yang disebut Tri Rna. “Tri” artinya tiga dan “Rna” artinya hutang.

Jadi, Tri Rna adalah tiga hutang yang harus dibayar oleh manusia Hindu,  dalam ajaran agama Hindu terdapat Yadnya.
Yadnya adalah korban suci yang tulus ikhlas, tanpa adanya pamrih.

Ritual upacara Ngaben termasuk dalam ajaran yadnya yaitu tergolong bagian pitra yadnya  dengan menjalani yadnya dengan tulus ikhlas tanpa adanya pamrih. Landasan dengan melakukan dan menjalani Yadnya dengan tulus ikhlas merupakan salah satu utama yang mempunyai makna untuk melunasi hutang manusia Hindu di dunia.

Pelaksanaan Upacara Ngaben, Upacara Atiwa-tiwa 

Kata "Atiwa-tiwa" berasal dari Ati yang artinya "berkeinginan", Awa yang artinya "terang" atau bersih. Jadi, Dapat diartikan Upacara Atiwa-tiwa adalah Keinginan melaksanakan pebersihan dan penyucian jenasah dan kekuatan Panca Maha buthanya.Nama lain Upacara Atiwa-tiwa disebut dengan upacara melelet atau upacara pengeringkesan.

Upacara pengeringkesan adalah upacara pebersihan dan penyucian secara awal pada jenasah dari kekuatan Panca Maha Butha. Disebut dengan Puja Pitara agar dapat  menciptakan kesucian Petra menjadi Pitara.


Pelaksanaan Rangkaian Prosesi Upacara Ngaben Umat Hindu Dibali antara lain;

1. Ngulapin
Upacara ngulapin adalah upacara yang dilakukan apabila seseorang meninggal di luar rumahnya,  di rumah sakit atau ditempat lainnya. Upacara ngulapin ini bertujuan untuk memanggil Sang Atma/roh orang yang sudah meninggal yang bersangkutan  upacara ngulapin ini memiliki tradisi berbeda-beda di setiap daerah tergantung tradisi setempat. Upacara ngulapin ini dilakukan upacara dengan menyediakan Banten" sebagai sarana upacara ngulapin.

2. Nyiramin 

Upacara nyiramin biasanya dilakukan di rumah.  proses penyiraman jenazah ini biasanya disertai dengan memberikan simbol tanda bunga melati di lubang hidung/ daun intaran di alis dan sarana perlengkapan lainnya. Ini bertujuan agar apabila ketika Atma atau roh mengalami punarbahwa atau reinkarnasi kembali, agar dapat dianugerahi anggota badan yang semestinya (lengkap).

3  Ngajum Kajang
Upacara Ngajum Kajang ini dilakukan dengan Selembar kertas putih yang akan ditulisi oleh tetua adat yang kemudian akan ditekan sebanyak 3 kali oleh keluarga yang bersangkutan, yang bertujuan agar mengikhlaskan hati keluarga yang ditinggal. Sehingga, atama/roh dapat segera menuju ke tempat yang seharusnya.

4. Ngaskara
Upacara Ngasakara ini mempunyai arti yaitu menyucikan atama/roh yang sudah meninggal dunia, yang bertujuan agar atma dapat menyatu terhadap Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa sehingga dapat menjadi widyaiswara/pembimbing untuk umatnya yang masih ada di dunia.

5. Mameras
Upacara memeras dilaksanakan ketika orang yang sudah meninggal telah memiliki cucu, hal ini terjadi karena sang cucu lah yang akan membimbing dan menuntun mendiang melalui doa-doa.

6. Papegatan
Upacara pepegatan ini merupakan upacara yang dilaksanakan untuk selesai atau memutuskan ikatan/hubungan duniawi dan keluarga supaya sang Atma atau roh tidak ada halangan untuk menuju ke tempat semestinya (asalnya). pihak keluarga berarti telah ikhlas melepas kepergian mendiang.

7. Pakiriman Ngutang
Upacara Pakiriman Ngutang merupakan membawa jenazah menuju ke tempat kuburan setempat dengan menggunakan "Bade atau menara pengusung jenazah yang diiring dengan  suara angklung dan suara baleganjur. Setelah diperjalanan Bade jenazah akan diputar sebanyak 3 kali melawan arah jarum jam yang bertujuan untuk mengembalikan Panca Maha Bhuta ke tempatnya masing-masing.

8. Ngeseng
Upacara nyengseng adalah pembakaran jenazah yang telah diletkakan di tempat yang disediakan dan diaturkan sesaji dan banten. Kemudian diperciki Tirta Pangentas oleh pendeta yang bertujuan sebagai api abstrak diiringi dengan Puja Mantra. Setelah itu  jenazah lalu dibakar hingga menjadi abu dengan sisa tulang-tulang jenazah. Setelah prosesi pembakaran selesai,  Tulang-tulang jenazah dari hasil pembakaran digilas dan dirangkai dalam buah kelapa gading yang telah dikeluarkan airnya yang nantinya menjadi simbol.

9. Nganyud
Upacara Ngayud merupakan upacara melepaskan atau menghanyutkan abu di sungai/ laut yang mempunyai arti sebagai penghanyut segala hal" kotor yang masih tertinggal pada roh mendiang.

10. Makelud
 Makelud merupkan membersihkan dan menyucikan kembali lingkungan keluarga akibat kesedihan yang dialami keluarga setelah ditinggalkan. Upacara mekelud adalah upacara yang dilaksanakan dua belas hari setelah prosesi pembakaran jenazah.

Ritual Upacara Ngaben Umat Hindu di Bali mempunyai lima jenis yang dilakukan Masyarakat Umat Hindu Dibali Berdasarkan Pelaksanaan yaitu antara lain adalah:

1. Ngaben Sawa Wedana
Upacara ngaben Sawa Wedana yaitu   jenazah yang masih utuh. Artinya, jenazah yang tidak dikubur terlebih dahulu dan pelaksanaannya dilakukan antara 3 sampai 7 hari setelah waktu meninggalnya.
jenazah diletakkan di area balai adat. Agar mencegah pembusukan, agar itu tidak terjadi digunakannya dengan Formalin agar mencegah aroma bau pembusukan.

2. Ngaben Asti Wedana
Ngaben asti wedana adalah upacara yang dilakukan pada jenazah yang awalnya pernah dikubur. Sebelum upacara ini, dilakukan  dengan ritual ngagah yang dilakukan dengan cara pengambilan tulang belulang sisa dari jenazah dengan mengunpulkan menjadi satu.

3. Swasta
Tradisi ngaben swasta merupakan upacara yang dilakukan tanpa adanya jenazah di dalamnya. Upacara swasta ini biasanya terjadi disebabkan ketika jenazah tak ditemukan karena kecelakaan, meninggal di luar negeri, dan hal-hal yang tidak memungkinkan.
Maka dari itu, Sebagai ganti nya ketika jenazah tidak ada, biasanya
Masyarakat Bali  menggunakan Kayu Cendana sebagai simbol jenazah yang merupakan Atma badan kasar dari jenazah yang meninggal dunia tersebut.  Sebelumnya Kayu Cendana itu ditulis atau diukir dengan berisikan aksara magis yang menjadi simbol dari jenazah tersebut.

4. Ngelungah
 upacara ngaben ngelungah merupakan upacara ngaben yang dilaksanakan pada anak yang belum mencapai waktu tanggal gigi.

5. Warak kruron
Ngaben warak kruron merupakan upacara  ngaben yang dilakukan secara khusus  untuk jenazah bayi yang keguguran.

Adapun Tujuan Upacara Ngaben
Tujuan upacara ngaben umat Hindu Dibali Adalah:
1) Mensucikan Atma atau roh umat Hindu yang telah meninggal dunia dan mempercepat kembalinya jasad ke alam asalnya.
2) Mengembalikan Panca Maha Bhuta. Panca Maha Bhuta adalah unsur-unsur yang membentuk badan kasar manusia.
3) Sebagai wujud rasa ikhlas dari sang keluarga yang ditinggalkan oleh mendiang. Ritual upacara ngaben dimaknai  sebagai bentuk keikhlasan untuk melepaskan anggota keluarga yang sudah lebih dulu meninggalkan dunia. Dengan melaksanakan upacara prosesi ini, maka sudah tidak ada lagi kesedihan dan tidak ada tangisan yang terlihat di wajah keluarga yang ditinggalkan.

Maka demikian, inilah Makna Dan Tradisi Asal Mula Ritual Pelaksanaan Upacara ngaben Umat Hindu Di BaliAsal Mula Ritual Pelaksanaan Upacara ngaben Umat Hindu Di Bali. Terimakasi. 

* Nama : Gusti Ayu Anggreni Puspita Dewi 

* NIM    : 2111031286 

* Prodi  : S1 Pendidikna Guru Sekolah Dasar 

* Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun