Di tepian sungai yang sunyi,Â
Seorang kakek
Menapaki hidup dengan derasnya waktu,Â
Dalam Perahu getek, kayunya usang.
Perahu geteknya usang namun setia,Â
Meluncur di atas air, mengikuti alur sungai,Â
Ia mendayung dengan tangan kasar,Â
Menuju petualangan hidup yang tak pernah reda.
Dalam terik  sang fajar,Â
Kakek tua itu merentangkan jaring harap,Â
Di antara sampah-sampah yang mengapung,Â
Dalam lautan plastik yang tak terhingga.
Tangan keriputnya lincah bergerak,Â
Memilah dan mengumpulkan,Â
Plastik-plastik yang diabaikan,Â
Menjadi harta karun dalam perahu nya.
Sampah plastik adalah hartanya,Â
Meski terpinggirkan oleh masyarakat,Â
Namun ia menjalani hidup dengan bangga,Â
Menjadi pahlawan tanpa tanda jasa.
Di balik keriput wajahnya yang tegas,Â
Terukir kisah perjalanan panjang,Â
Mencari arti hidup di sungai yang terpinggirkan,Â
Kakek tua itu terus melangkah, tak pernah menyerah.
Oh, sungai menjadi saksi bisu,
 Terhadap perjuangan seorang kakek tua,Â
Engkau saksi bisu dari kepingan hidupnya,Â
Yang terus berlayar di perahu getek nan sederhana.
Jakarta Utara, 06 Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H