Dalam dunia yang sunyi berbicara,
Terhampar kekuasaan yang ingin meraja.
Seseorang berdiri, ambisi di dadanya,Â
Ia haus akan penguasaan, tak terbatasnya.
Dia haus akan kekuasaan yang menggoda,Â
Dalam setiap kata, dia rajut jaringnya,Â
Manipulasi sajak menjadi senjata,Â
Untuk menaklukkan hati yang lemah.
Dengan kata-kata indah, ia berbisik dan merayu,Â
Manipulasi sajak, seni tipu daya yang nyata.Â
Ia memintal benang, menganyam jaring halus,Â
Supaya orang-orang terpikat olehnya.
Dibalut propaganda, ia memainkan peran,Â
Menyulut semangat, memadamkan lawan.Â
Lawan politiknya, satu persatu tersungkur tak berdayaÂ
Di panggung kekuasaan, ia tampil sebagai raja.
Senyumnya tajam, mengiris kedamaian,Â
Seakan-akan ia penjaga keadilan.Â
Namun di balik tirai, ia memainkan sandiwara,Â
Agar rakyat buta, tak terlihatlah sejatinya parasitnya.
Propaganda menjadi lagu kesetiaan,Â
Dinyanyikan oleh para pengikutnya yang buta,Â
Mereka terbuai oleh kata-kata manisnya
Tanpa sadar menjadi boneka dalam sandiwara
Bagaikan pohon besar yang akarnya usang
Kekuasaannya rapuh, terancam oleh kebenaran.Â
Seiring waktu, kebenaran akan terungkap,Â
Dan bayang-bayang kekuasaannya akan sirna.
Jakarta,19 November 2023Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H