"Kebahagiaan tidak bergantung pada keadaan eksternal, tetapi pada keadaan batin." - Epictetus
Ketenteraman Batin (Ataraxia)
Gue pernah ketemu biksu di desa kecil yang hidup dengan ketenangan batin yang mendalam. Dia ngajarin gue tentang Ataraxia, atau ketenangan batin, yang dicapai lewat kebijaksanaan dan pengendalian diri. Dengan ngindari gangguan eksternal dan fokus pada kedamaian dalam diri, lo bisa mencapai ketenangan yang mendalam. Ataraxia adalah tujuan akhir dari perjalanan spiritual kita, di mana kita nemuin kedamaian yang abadi.
"Ketenangan batin adalah tujuan akhir dari kebijaksanaan." - Marcus Aurelius
Universalitas dan Kemanusiaan
Stoikisme ngajarin kita buat lihat semua manusia sebagai bagian dari komunitas global. Gue pernah jalan-jalan ke berbagai negara dan nemuin bahwa di mana pun gue berada, nilai-nilai kemanusiaan tetap sama. Kita diajak buat bertindak dengan kebaikan dan keadilan terhadap orang lain, menghormati hak-hak mereka, dan bekerja buat kebaikan bersama. Dengan lihat dunia sebagai satu kesatuan, kita nemuin makna dan tujuan yang lebih besar dalam hidup kita.
"Kita semua adalah warga dunia, bagian dari komunitas manusia yang lebih besar." - Marcus Aurelius
Penerimaan Nasib (Amor Fati)
Di malam yang sepi, gue merenungkan konsep Amor Fati, atau mencintai nasib. Stoikisme ngajarin kita buat nerima semua yang terjadi sebagai bagian dari takdir yang udah ditetapkan. Melihat setiap peristiwa sebagai kesempatan buat belajar dan berkembang, kita nemuin kedamaian dalam nerima nasib kita. Amor Fati adalah tentang mencintai setiap momen, baik atau buruk, sebagai bagian dari perjalanan hidup kita.