Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Penerjemahan yang "Ngelantur" di Media Cetak

3 Mei 2018   16:11 Diperbarui: 3 Mei 2018   21:41 2606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock.com

Ini adalah tulisan ke 1000 saya di Kompasiana dan mungkin sudah bisa ditebak dia adalah tentang (lagi-lagi) bahasa. Yang ingin saya soroti kali ini adalah perihal penerjemahan berita dalam bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia oleh media cetak. 

Dahulu kala, tatkala sumber rujukan bagi seorang penerjemah cuma ada buku kamus semata, kekeliruan menerjemahkan masih bisa dimaafkan dan dimaklumi. Namun di zaman internet sekarang, di mana segala informasi dan referensi dapat diakses dengan begitu mudah dan singkat melalui Google, saya pikir kesalahan menerjemahkan ini menunjukkan kemalasan si penerjemah untuk berbuat yang terbaik.

Saya mulai dari sebuah berita foto di Kompas tertanggal 7 April 2018 yang menggambarkan seekor badak yang sedang terbaring dan dikelilingi sejumlah orang yang nampaknya sedang melakukan sesuatu pada satwa ini. 

Dengan judul "Menggotong Badak" foto ini diberi caption [Petugas Kenya Wildlife Service (KWS) menggotong seekor badak selama peluncuran latihan membunyikan telinga badak dan peresmian pengembangan cagar alam badak di Taman Nasional Meru, Kenya, Kamis (5/4/2018)].

Terjemahan "membunyikan telinga" ini saja sudah membuat kening kita berkenyit. Bagaimana dan apa gerangan "membunyikan telinga" itu? It doesn't make sense at all. Saya coba cari sumber berita aslinya dalam bahasa Inggris dan ternyata di situ ditulis "ear notching". "Ear notching" adalah membuat takikan pada cuping telinga hewan ternak (biasanya pada babi) sebagai identitas kepemilikan. Jadi mirip seperti tindik telinga pada manusia, tapi lubangnya lebih besar dan jumlahnya lebih banyak.

Dengan menakik telinga badak ini, maka keberadaan satwa yang hampir punah ini dapat termonitor dan terdata dengan baik. Jadi, ihwal foto tersebut menjadi jelas dan masuk akal. Bukan menyesatkan dan membuat pembaca bertanya-tanya apakah yang dimaksudkan dengan "membunyikan telinga".

Terjemahan melenceng kedua juga saya baca pada berita di Kompas 25 April 2018 tentang seorang pemuda yang menabrakkan mobil van sewaan ke pejalan kaki di kota Toronto, Kanada sehingga mengakibatkan sepuluh orang tewas dan belasan luka-luka. 

Saya kutip paragraf ini [ Ali Shaker, yang saat insiden terjadi berada tak jauh dari mobil van itu, mengatakan, pengemudi van sengaja mengarahkan mobilnya ke kerumunan. "Dia langsung masuk ke sisi jalan dan menabrak orang-orang. Dia menabrak semua yang berada di depan mobilnya," kata Shaker ].

Ini terjemahan dari [ "He just went on the sidewalk," a distraught Shaker said. "He just started hitting everybody, man. He hit every single person on the siderwalk. Anybody in his way he would hit."].

Perhatikan penerjemahan "sidewalk" menjadi "sisi jalan". Ini juga penerjemahan yang membingungkan pembaca, karena makna yang benar dari "sidewalk" adalah "trotoar" atau "jalan pedestrian". "Sidewalk" adalah istilah bahasa Inggris Amerika (American English) yang diberi definisi "a paved path for pedestrians at the side of a road". Jadi, dalam bahasa kita adalah "trotoar", bukan "sisi jalan".

Terjemahan lain yang keliru bahkan jadi "saru" saya temukan pada rubrik "Nama & Peristiwa" di Kompas hari ini. Di situ, ada cerita tentang aktris Margo Robbie yang membintangi film terbarunya berjudul "Terminal". Dalam film ini Margo berperan sebagai femme fatale (wanita jalang) bernama Annie.

Saya kutip terjemahan tersebut [ "Saya suka ketika semua karakter laki-laki yanbg petantang-petenteng berpikir bahwa mereka adalah bos dan bertanggungjawab atas semuanya, terutama ketika saya menarik tali (di pakaian)", ujar Robbie sembari tertawa, akhir pekan lalu.

Ini diterjemahkan dari [ "I loved that there were all these male characters running around thinking they're the boss of everything and they're in charge, when really she's pulling the strings," Robbie says with a laugh. ].

"Pull the strings" adalah ungkapan kiasan (idiom) yang maknanya "yang memegang kendali atau yang memegang kuasa". Frasa ini merujuk pada dalang (puppet master) yang memainkan tali-temali pada boneka pentas (puppets and marionettes).

Jadi, jelas bukan "menarik tali (di pakaian)" seperti pada terjemahan di Kompas yang membuat pikiran pembaca tergiring ke pikiran yang bukan-bukan alias saru.

Saya cukupkan sampai di sini dulu bincang-bincang soal penerjemahan. Mudah-mudahan dapat bermanfaat, khususnya bagi pencinta bahasa di mana pun berada (pakai gaya bahasa penyiar radio nih, hehehe). Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun