Sebagai seorang pemerhati bahasa, saya merekam berbagai papan reklame yang unik dan lucu-lucu. Servis mobil disebut dengan "Perkhidmatan Kereta", toko kue disebut dengan "Warung Kek" (maksudnya "warung cake"), AC disebut dengan "Penyaman Udara", Laundry disebut dengan "Kedai Dobi", toko eceran disebut dengan "Kedai Runcit", klinik gigi disebut dengan "Klinik Pergigian", panti asuhan disebut dengan "Pertubuhan Anak Yatim" (bahasa Inggris: orphanage), pusat kantor disebut dengan "Ibu Pejabat" (bahasa Inggris: headquarter), ruang instalasi listrik disebut dengan "Bilik Suis" ("suis" diserap dari bahasa Inggris switch), yang tadinya bikin saya bingung karena menyangka "suis" itu negara Swiss.
Ada kejadian lucu pada saat kami berhenti di rest area dan saya bertanya kepada supir di mana WC. Dia sempat bingung sebentar sebelum menjawab "Oh, tandas, di sebelah sana". Di tempat lain, saya sempat membaca papan pengumuman tertulis "Tandas Awam" disertai padanan bahasa Inggris "Public Toilet". Kalau dalam wacana bahasa kita adalah "WC Umum". Saya sempat mesem baca tulisan "tandas awam" ini.
Kejadian lucu lainnya di rest area adalah waktu kami membeli buah potong di gerai. Ada buah potong papaya, nanas, semangka, nangka dsb.Â
Saya bertanya "berapa harga buah potong semangka" tapi yang ditangkap di telinga si penjual adalah "berapa harga buah potong nangka". Kok bisa salah dengar ya? Rupanya, pasalnya "semangka" di sana disebut dengan "tembikai".
Tidak lazim disebut dengan "semangka". Pengalaman lucu yang masih berhubungan dengan "semangka" adalah waktu saya makan siang di sebuah restoran. Saya bertanya apakah ada "jus melon", dan oleh pelayan dipertegas dengan pertanyaan "Jus water melon?".Â
Waduh, pegimana nih. Water melon kan "semangka", bukan "melon".
Akhirnya, saya malah dapat "jus lemon" alias "jus jeruk nipis". Gawat nian salah pengertian berbahasa serumpun ini.
Di kawasan tempat bersejarah Melaka, saya sempat melihat tempat parkir yang kosong dengan papan tulisan "OKU" disertai lambang kursi roda. Saya agak penasaran dengan singkatan OKU ini.Â
Rupanya setelah saya search di Google OKU adalah singkatan dari "Orang Kurang Upaya" atau bahasa Inggrisnya People with disabilities. Kalau dalam bahasa kita "penyandang cacat".Â
Saya cukup kagum tak ada pengendara yang menyerobot tempat parkir khusus penyandang cacat ini. Kalau di Indonesia pasti tempat parkir ini sudah diserobot oleh pengendara dengan fisik normal.
Inilah selintas pintas kesan-kesan saya berwisata lima hari di Malaysia. Tentu masih banyak pengalaman unik lainnya yang tak sempat saya rekam dalam otak.Â