Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Selayang Pandang Wisata Bahasa di Malaysia

4 Januari 2018   11:04 Diperbarui: 4 Januari 2018   17:06 2682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock.com

"Sila Hubungi Melalui Whatsapp 013-6663255 dengan Menaip Nombor Kenderaan Anda".

"Menaip" bermakna "mengetik" (dari kata Inggris "to type").

Oh ya, sebelum lupa, pada saat kami tiba di bandara, kami pergi ke gerai provider dan membeli SIM card lokal dengan harga 20 Ringgit (RM 20). Kapasitas 1,5 Gb dan ternyata mendapat bonus tambahan 7 Gb. 

Cukup murah karena kalau dirupiahkan hanya sekadar Rp 65.000 saja. Jadi ke mana-mana kita pergi masih bisa berinternet ria tanpa tergantung pada wifi. Termasuk ber-WA yang penting untuk saling berkontak dengan teman-teman seperjalanan.

Tadi di atas saya menuliskan kesan bahwa di Malaysia lebih tertib daripada di negara kita. Salah satu yang lain adalah jumlah sepeda motor (di sini dinamakan dengan "motosikal") yang relatif sedikit. Jauh berbeda dengan situasi jumlah sepeda motor di kota-kota Indonesia yang luar biasa membeludak seperti kawanan tawon yang bermigrasi. 

Otomatis di kota-kota Malaysia jarang ada kemacetan parah karena sepeda motor yang saling berebutan. Secara umum pengendara lebih tertib dan disiplin mematuhi rambu lalulintas. 

Kalau lampu lintas (di sini dinamakan "lampu isyarat" atau "lampu syarat") menyala merah, semua kendaraan akan berhenti. Tidak seperti di Indonesia yang main serobot sekali pun lampu sudah menyala merah.

Pengemis dan pengasong (koran, minuman botol, dan lain-lain) yang menjajakan barang di lampu lalulintas juga tidak ada di sana. Di beberapa kawasan yang memang tidak diperbolehkan berjualan terdapat rambu tulisan "Dilarang Menjaja". 

Tempat parkir mobil di sana disebut dengan "Tempat Peletak Kereta" karena orang Malaysia menyebut "mobil" dengan "kereta". Di jalan bebas hambatan, saya banyak melihat rambu dilarang berhenti dengan tulisan di bawahnya "Kecuali Kecemasan". "Kecemasan" bermakna "darurat" ("emergency" dalam bahasa Inggris). Jadi berbeda dengan pengertian "cemas" dalam wacana kita. Jadi, di rumah sakit, 'Gawat Darurat' disebut juga dengan "Kecemasan".

Pada suatu persimpangan jalan di Melaka, saya melihat lampu isyarat (lampu lalulintas) dengan tulisan di bawahnya "Belok Kiri Bila Selamat". Ini maksudnya "belok kiri hati-hati" kalau di tempat kita. Tapi untuk pikiran nakal kita, artinya bisa menjadi "kalau selamat gak ditubruk mobil, kita boleh belok kiri". 

Di beberapa ruas jalan yang sedang ada pembangunan fasilitas jalan, saya menjumpai tulisan besar "Awas Pembinaan Di Hadapan". Apa maknanya? Dia berarti "Awas Ada Pekerjaan" atau kalau bahasa Inggrisnya "Under Construction". Jauh banget dengan pengertian "pembinaan" dalam wacana bahasa kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun