Meskipun banyaknya sumber informasi yang tersedia dalam video, tetap saja aktivitas membaca tidak bisa lepas dari sana. Setidak-tidaknya adalah membaca instruksi dari soal yang diberikan guru. Namun karena tidak terbiasaÂ
mentransformasi makna sebuah kata, maka otak sedikit susah mencerna, yang ujungnya berakhir dengan tidak melakukan apa-apa. Apalagi jika kegiatan membaca bukan hal yang familiar bagi mereka, tentu memaknai buku pelajaran dengan bahasa yang kaku dan butuh penafsiran mendalam menjadi sebuah usaha yang sulit bagi mereka. Sehingga malas belajar terlabel secara tidak langsung.
Jika sedari kecil kebiasaan membaca sudah mulai ditanamkan, maka di saat anak-anak memasuki usia sekolah, dimana membaca buku pelajaran menjadi keniscayaan, baik berbentuk buku fisik maupun berbentuk e-book, tidak lagi menjadi momok yang membosankan.
Dan tentu saja semua usaha ini berawal dari orangtua dan keluarga dirumah. Sedangkan sekolah tinggal mengembangkan kemampuan membaca tersebut ke level yang lebih tinggi sesuai tingkatan usianya.Â
Jika membaca sudah dianggap sebagai sebuah kebiasaan baik yang perlu ditanamkan sedari dini, dan setiap keluarga sepakat untuk memulainya dari rumah, saya rasa tidak akan ada lagi istilah anak malas yang akan terdengar di sekolah.
Apalagi jika literasi tidak sekadar membaca dan menulis saja, maka rasa keingintahuan mereka harusnya akan tersalurkan dengan mencari tahu banyak hal melalui beragam sumber informasi yang tersedia dalam berbagai bentuk media.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H