Dan biasanya memang sudah rutin tiga atau empat hari sekali dia kirim beras kerumah setiap sore setelah menggiling padi. Tapi waktu itu sudah seminggu tidak dikirim-kirim. karena banyak yang kerumah untuk membeli beras, dan dirumah kosong, akhirnya pagi itu saya datangi langsung ke tempat penggilingan padi itu.
Jam setengah delapan masih belum buka, padahal biasanya sudah buka, mungkin karena sepi, gagal panen sehingga diapun nampak santai untuk membuka penggilingan padinya.
Tidak lama setelah buka dan dia serahkan tiga kilo beras ke saya, dia langsung membongkar mesin dieselnya.
" Mungpung sepi mas kebetulan waktunya mengganti oli, ya di manfaatkan saja buat ganti oli, lumayan mas longgar." kata dia.
Sayapun akhirnya ikut nongkrong disana sejenak untuk melihat dia yang dengan sangat cekatan mengganti oli mesin dieselnya sendirian, didalam gedung yang sangat sederhana itu.
Sambil ngobrol tentang banyak hal, tentang naiknya harga beras yang beranjak semakin mahal, dia dengan cekatan membuka kap oli, menguras oli di taruh kedalam ember warna krem itu lalu mengganti dengan oli baru, entah berapa liter, yang jelas dia sudah siapkan dua botol plastik warna merah oli yang sesuai dengan mesin diesel itu.
Tidak terasa sudah jam sembilan pagi saja, ternyata sudah lama saya nongkrong di penggilingan padi menemani Asop yang mengganti oli sampai selesai.Â
Setelah penggantian oli dia lanjutkan dengan beres-beres ruangan sambil bercerita mengisi waktu, dan saya lihat jam tangan saya sudah menunjukkan angka sembilan.
Saya segera pamit, sambil pesan " Kalau sore nanti sudah ada berasnya, kirim kerumah ya, sudah kosong, banyak yang nanyain kerumah."
Setelah sampai kerumah segera beras saya serahkan keistri saya untuk dijual diwarung, " Harga naik ya, cuma tiga kilogram adanya, gagal panen, tadi sudah saya pesan kalau sore sudah ada saya suruh antar kerumah berapapun, sekarang harga beras naik makin mahal."