Sementara Ko Richard, yang lahir-besar di Bandung, juga begitu. Padahal Ko Richard sudah lama terobsesi untuk melihat situasi sosial-politik di Babel sejak Ahok alias Basuki Tjahaja menasional. Pasalnya, Ko Richard juga Nasrani dan Tionghoa tapi dari Suku Hokian. Kalau Ko Richard mau menyediakan waktu selama dua minggu di Babel, sudah pasti akan melihat sendiri kerukunan Melayu, Tionghoa, dan etnis lainnya di sana, kataku suatu waktu.
***
Aku mengisi kembali tempat minuman bergelas plastik di meja tamu. Sinar matahari dari sudut jendela depan masih sejuk karena terhalang mendung tipis.
Tadi malam, ketika hujan sempat turun, aku merasa menjadi bujangan kembali bersama lima kawanku. Minuman air tawar dalam gelas-gelas plastik berkurang. Asyiknya ngobrol sambil makan kudapan dan minum. Perjamuan bubar menjelang azan subuh dikumandangkan dari Masjid Baburrachman yang berada di ujung wilayah RT.
Sementara itu Bang Ucok sedang sibuk memilih, memilah, dan menyunting foto-foto kegiatan Natal keluarga besar kami di komputer jinjingnya. Salah satu keahlian Bang Ucok memang di bidang fotografi, dan mengolahnya di komputer. Bang Ucok betah berjam-jam memelototi layar kaca seolah tiada kenikmatan selain mengelola foto. Kalau sudah beres, Bang Ucok akan menayangkannya di blog khusus keluarga besar kami.
Tidak jauh dariku, Mama sedang menyiapkan kudapan untuk dimasukkan ke toples agar terlihat penuh. Â Suasana ruang tamu sudah kembali rapi. Pada satu bidang dindingnya terpampang foto keluarga: Papa, Mama, Theres, Liza, dan istriku. Foto bergambar usang yang menjelang Natal kemarin kupasang di situ setelah kupindah dari ruang keluarga.
Di atasnya terpajang lukisan "Keluarga Kudus--Yusuf, Maria, dan bayi Yesus" berbingkai. Di sampingnya sebuah sertifikat bertuliskan "His Holiness, Francis, cordially imparts the requested Apostolic Blessing..." berbingkai, yang didapat langsung dari Vatikan ketika Mama dan Theres berziarah ke Vatikan dan beberapa kota di Italia satu tahun silam.
Untuk foto masing-masing keluarga versi terbaru, kupasang pada bidang berbeda. Setiap November Theres dan Liza harus mengirimkan foto keluarga mereka versi terbaru via internet  agar aku cetak dan membingkainya.
"Cucu-cucu Mama, kalau sudah ngumpul, aduh..."
"Sekali setahun, Ma. Mumpung mereka berlibur panjang, bisa ngumpul." Dalam hati kupikir, ah, Mama kelihatan kewalahan padahal masih berat hati ditinggal cucu-cucunya pulang ke Jakarta.
"Begitulah, Gus. Kalau mereka nggak datang, Omanya kangen. Kalau mereka datang, lengkap, aduuuh, seperti kapal pecah saja rumah Omanya ini."