Menata isi buku tidaklah sekadar menyesuaikan naskah dalam halaman sambil berbagi dengan ruang ilustrasi. Yang tidak luput dari perhatian saya adalah sela antarkata dalam kalimat. Dasar pemahaman saya mengenai suku kata sangatlah penting agar sela tidak terlalu lebar, kepadatan kalimat bisa terbaca, dan kaidah pemenggalan tidak bermasalah.
Proses penataan isi pun tidak kalah membosankan karena harus teliti dalam pemenggalan. Tidak jarang saya masih menemukan kesalahan aksara (huruf). Mau-tidak mau saya perbaiki juga. Proses ini tidak cukup sehari, dan saya lakukan sebagai kesadaran dan kesabaran dalam kecintaan terhadap karya sendiri. Mungkin kurang sempurna tetapi, ya, lebih lumayanlah.
Setelah benar-benar saya anggap selesai, barulah terlihat posisi artikel di halaman berapa agar bisa mengisi halaman artikel dalam "Daftar Isi". Satu per satu saya catat, lalu saya tempatkan pada "Daftar Isi". Dan, halaman "Daftar Isi" sangat penting dalam pengurusan ISBN (International Serial Book Number). Â Â
Merancang Perwajahan Sampul
Wajah sebuah sampul buku--kata orang berpengalaman--sangat penting. Di pihak lain ada yang berpendapat, jangan menilai buku dari sampulnya. Bagaimanapun, hal paling pertama dilihat adalah wajah, selain nama pengarang atau penulis.
Saya bisa-biasa merencanakan perwajahan sebelum selesai penyusunan artikel. Rencana memang sebatas rencana, rancangan dan hasilnya belum tentu sama dengan rencana.
Kebetulan saya masih menyimpan foto-foto lama, khusus foto terkait dengan judul buku. Lalu berikut ini saya sertakan proses perwajahannya :
Setelah naskah tersusun dan tertata rapi, mulai dari halaman depan, balik depan, daftar isi, dan kata pengantar, saya pun melanjutkan pada proses pengurusan ISBN (International Serial Book Number) dan kode batang (barcode) ke Perpustakaan Nasional. Arsip surat-menyurat sudah tersedia sehingga saya tinggal mengganti hal-hal redaksionalnya sesuai dengan calon buku saya.