Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Karya

16 Februari 2018   21:54 Diperbarui: 16 Februari 2018   21:56 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, kalau "karya" hanya diartikan sebagai "ciptaan" (arti ke-2 dalam KBBI), justru terjadi penyempitan arti/makna. Padahal, secara kamusial (gramatikal) dan realitas, tidaklah begitu (karya hanya ciptaan). Pertanyaannya, mengapa sebagian orang cenderung menyempitkan arti semacam itu; apakah sesungguhnya wawasan mereka memang sempit.

Nah, kembali ke kata "karya" dalam pertanyaan "karyamu mana" tadi. Apakah esai bukanlah suatu karya atau ciptaan?

Menurut KBBI daring lagi, esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya.

Berikutnya, "cuma mengutip teori orang". Meski tidak jelas, seperti apa contohnya "cuma mengutip teori orang", apakah "esai bukanlah esai" ketika mengutip perkataan atau pernyataan orang lain?

Saya pernah meraih pemenang I Lomba Penulisan Esai, baik di Bangka Belitung (asal daerah saya) maupun se-Kaltim dan Kaltara (dua tahun lalu) yang diadakan oleh sebuah kantor bahasa. Dalam kedua esai yang saya lombakan dan sama sekali tidak berhubungan dengan arsitektur itu pun terdapat "kutipan teori orang", bahkan lebih dari satu orang serta sama sekali tidak ada kutipan dari seorang-dua orang arsitek.     

Jujur, saya tidak sedang bermaksud "mengajari buaya berenang di muara", melainkan saya tidak mau terjadi pembodohan apa pun yang bersifat massal melalui kata "karya" yang justru dilakukan oleh orang yang bergelar "sastrawan". Janganlah seorang oknum sastrawan membodohi seorang oknum arsitek semacam saya ini, apalagi membodohi orang-orang di luar kalangan sastrawan.

*******

Panggung Renung -- Balikpapan, 16 Februari 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun