Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mando Soriano, Zine, dan Sebuah Harapan

3 Desember 2017   16:50 Diperbarui: 3 Desember 2017   21:45 1425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zine UMA (Dokumen Pribadi)

Rubrikasi dalam Zine “Uma”

Pada halaman redaksionalnya, tepatnya daftar isi, Uma menamakan rubriknya dengan kata “Daftar Kamar”. Dalam Daftar Kamar terdapat 6 kamar, yakni Kamar Empunya Rumah, Kamar Komik, Kamar Film, Kamar Sastra, Kamat T(k)amu, dan Kamar Musik.

 Sementara untuk kata “Halaman”, Mando menyebutnya dengan kata “pintu”. Ada “pintu 1”, “pintu2”, dan seterusnya. Penggunaan kata “pintu” mengingatkan saya pada ruangan cinema (bioskop) dengan suara merdu, “Pintu Satu telah dibuka”.

Sebuah Harapan

Sebenarnya saya tidak asing dengan zine. Revolusi mesin cetak berupa mesin fotokopi pernah saya alami, dan saya sering mencetak kartun-kartun saya pada pertengahan 1980-an. Zaman kuliah di Yogyakarta juga pernah berkecimpung dengan zine, termasuk turut membaca zine bertajuk "Jaker" (Jaringan Kerja) buatan kawan-kawan untuk pemahaman menjelang demonstrasi. Tidak lupa pula pada zine bernama "Daging Tumbuh" yang dilahirkan oleh Kuss Indarto. Pada 2009 saya dan beberapa kawan di Balikpapan pun membuat zine dengan nama "Balikpapan Memang" yang berisi karya tulis santai seputar Balikpapan, dan "Kompek" yang berisi kartun dan komik strip.

Tetapi, kemunculan zine yang dimulai oleh Mando di Kota Kupang itu, pikir saya, merupakan sebuah harapan untuk mendorong sekaligus menampung kreativitas orang muda Kupang, bahkan NTT, di bidang seni rupa, terkhusus ilustrasi atau kartun, yang berkaitan dengan hal-hal sekitarnya maupun di luar NTT. Dengan memuat Seni Visual, Sastra, Film, Musik, dan (mungkin) Kupang, Mando pun hendak mengajak orang-orang muda Kupang menyampaikan suatu pemikiran secara sederhana dalam bentuk gambar (visual) 2 dimensi.

Dari dua edisi yang saya terima, masih terlihat pengelolaannya belum optimal, baik skala satu ruang (pintu) maupun kamar-kamar. Pada edisi #2 Kamar Film, Kamar Sastra, Kamar T(k)amu, dan Kamar Musik masih kosong. Sama dengan edisi berikutnya (#3). 

"Sebagai edisi mula-mula, UMA coba untuk berkenalan dan juga mengajak pembaca untuk bicara. Zine ini dibuat secara manual, dan akan terus dicoba seluruh kemungkinan sebatas kemampuan untuk mengembangkan cara-cara itu," tulis Mando di halaman sampul belakang-dalam Uma.

Secara pribadi saya sangat mendukung upaya dan kreasi Mando itu. Tidak perlu terlalu banyak berharap, melainkan mewujudkannya melalui 3 edisi. Saya menunggu edisi selanjutnya sampai menjadi ramai lahirnya zine-zine di Kota Kupang. Begitu sa, Kaka!  

 

*******

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun