Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ibu Kota Provinsi Miskin Saluran Air Hujan

30 November 2017   16:59 Diperbarui: 1 Desember 2017   19:58 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jack hammer pun merupakan alat tunggal alias dijalankan oleh satu orang pekerja. Dengan getaran yang ditimbulkan pada saat pelaksanaan, tentu saja, berpengaruh langsung pada stamina pekerjanya. Tidak jarang para pekerja harus bergantian menggunakannya. Tidak jarang pula terlihat para pekerja bergerombol pada jarak yang pendek dengan galian berkedalaman tertentu.

Jarak yang pendek dalam pelaksanaan, mau-tidak mau, langsung berpengaruh pada waktu pelaksanaan. Kalau mau lebih efektif, jelas, diperlukan pula jack hammer lainnya alias tidak hanya satu untuk 4-6 pekerja. Yang paling terkena dampaknya adalah biaya, baik biaya alat maupun tenaga. Ini yang tidak murah, bukan?

Perencanaan dan Pelaksanaan secara Bertahap

Meski Penulis tidak memiliki data sahih mengenai anggaran tahunan pada Dinas Pekerjaan Umum, khususnya Pekerjaan Pembuatan Saluran Drainase, dengan angka 59 tahun usia Provinsi NTT, dan status administratif Kota Kupang sebagai ibukota bisa sedikit terduga bahwa pekerjaan itu belum benar-benar terencana apalagi terlaksana secara serius dalam tahap-tahap terukur.

Maksudnya, selama 59 tahun, ketersediaan saluran drainase di pinggir-pinggir jalan utama, apalagi keberadaan pusat kegiatan Pemprov NTT di Kota Kupang atau juga Kecamatan Oebobo, bisa terencana dan terlaksana secara bertahap. Memang mustahil bisa terwujud secara optimal hanya dalam kurun 5 tahun terakhir.

Dalam kurun 59 tahun, kalau terencana dan terlaksana secara terukur dan bertahap, tidaklah mustahil sebagian besar wilayah Kota Kupang, paling tidak Kecamatan Oebobo, kelangkaan saluran drainase dan persoalan genangan air hujan tahunan bisa terantisipasi dengan baik.   

59 Tahun yang Ironis

Barangkali ironis, adalah kata lain yang terpaksa muncul dalam rentang usia Provinsi NTT. Hal ini pun terkait dengan Pekerjaan Jalan Raya pada bagian pengaspalan yang dilakukan berulang-ulang (berlapis-lapis). Jalan aspal yang mulus tetapi tidak dibarengi dengan pembuatan saluran drainase, tentunya, lumayan ironis untuk usia provinsi yang 59 tahun.

Ya, betapa tidak ironis. Kalau dalam segi perencanaan wilayah akan terkait dengan Dinas Bappeda, ketersediaan saluran drainase di seputaran perkantoran itu, termasuk keberadaan kantor gubernur NTT, masih menjadi pekerjaan rumah yang belum beres. Dan, kalau berkaitan dengan Dinas Pekerjaan Umum, tentu juga ironis, karena di sekitar kantor dinas itu pun masih belum terdapat saluran drainase yang memadai.

Ironis, mungkin kata itu memang tepat ketika diperhadapkan dengan realitas usia 59 tahun yang akan dirayakan pada musim hujan, 20 Desember 2017. Bukankah 20 Desember dan musim hujan terjadi setiap tahun? Apakah setiap perayaan ulang tahun harus pula digenangi oleh ironis demi ironis?

*******

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun