Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Introspeksi Sajalah

6 November 2017   02:39 Diperbarui: 6 November 2017   03:17 1446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
dok-pribadi-perbakin-59ff69e28dc3fa3c5d270b52.jpg
dok-pribadi-perbakin-59ff69e28dc3fa3c5d270b52.jpg
Intinya, introspeksi. Mungkin juga otokritik. Itu paling dasar bagi siapa saja, termasuk orang yang suka mengolok-olok melalui karikatur atau meme. Persoalan kemudian, apakah karikatur atau meme itu tidak sesuai dengan realitas, ya, begitulah adanya. Apalagi kalau dikhawatirkan bakal berdampak buruk, meski sebenarnya hidup selalu menyuguhkan sebuah konsekuensi bahkan risiko atas apa pun.

Tetapi, ya, sayangnya, ternyata Bapak tidak siap untuk menerima konsekuensi sebagai tokoh masyarakat. Padahal, konsekuensi bukanlah akhir dari segalanya alias kiamat dini. Lantas Bapak menggunakan jalur hukum formal, dan itu merupakan hak mutlak milik Bapak.

Tetapi (lagi) hak mutlak pun bukanlah berarti terbebas dari konsekuensi-konsekuensi selanjutnya, termasuk konsekuensi yang wajib ditanggung oleh pembuat meme itu sendiri. Kebetulan saya belum pernah membuat karikatur Bapak untuk tujuan-tujuan politis tertentu karena, bagi saya, ketokohan Bapak sangat tidak menggugah minat saya, walaupun Bapak sangat terkenal hingga di Amerika sana. Padahal, bukan satu-dua kali saya melintasi markas Bapak (Novanto Center) di Kupang.

Itu saja yang bisa saya sampaikan berkaitan dengan perkara meme Bapak. Sekali lagi, maaf, apabila pemikiran saya kurang berkenan, minimal kesan menggurui, bagi Bapak. Semoga Bapak tabah melakoni realitas hidup ini.

*******    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun