Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Air Mati

5 November 2017   16:22 Diperbarui: 5 November 2017   19:08 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

Kematian air, tentu saja, membuat saya dan keluarga di Kupang dirundung duka paling dalam. Kami telah mencoba menangis senangis-nangisnya supaya air mata kami bisa mengisi bak-bak mandi sehingga kami bisa mandi dengan sabun harum dan menyikat gigi dengan pasta gigi paling wangi se-Kota Kupang.

Ya, saya dan keluarga ingin selalu wangi, meski air mata menjadi sumber terakhir untuk mandi-sikat gigi. Kalau saya sekeluarga bisa wangi, tentunya, orang-orang se-Kota Kupang tidak akan mengetahui bahwa di rumah kami sedang berduka sedalam-dalamnya sejak kemarin. Kalau saya dan keluarga bisa wangi, tentu saja, hari Minggu yang berlagu lonceng gereja tetap menjadi muara syukur-puji-sembah seluruh umat kepada Tuhan, dan bisa berpelukan mesra dengan sesama umat sebagai tanda kasih tiada henti.

Tadi pagi saya sudah menghubungi beberapa pengusaha penyediaan air bersih dengan truk tangki air 5000 L. Naasnya, mereka tidak berani menjamin bahwa permintaan saya terpenuhi pada pagi ini, bahkan entah sore nanti. Alasan mereka, saya harus antre dengan nomor urut yang sedang kehabisan lembar pengisi daftar konsumen.

***

Sekilas saya teringat pada mukjizat dalam Kitab Suci, bagaimana lima roti dan dua ikan bisa digandakan menjadi kenyang sekenyang-kenyangnya bahkan tersisa beberapa bakul. Apakah mukjizat juga bisa terjadi pada air dalam tempat penampung di sebelah kanan rumah kontrakan kami?

Saya langsung menghubungi seorang imam di gereja yang biasa menjadi tempat ibadah mingguan saya sekeluarga. Saya berharap, beliau bisa datang, berdoa, dan terjadi mukjizat di tempat penampung air itu. Mungkin malah air mati bisa bangkit-hidup kembali.

Bapa imam juga sering berkotbah, tiada yang mustahil bagi orang percaya. Inilah saatnya itu; pada saat air mati. Kalau air su hidup dan berkelimpahan, saya sekeluarga bisa mandi dan menikmati suasana persekutuan Minggu yang aduhai indah nan semerbak wangi.

Bapa imam sedang sibuk melayani umat, kata seorang Kaka. Kematian air bukan hanya duka milik saya sekeluarga.  Jadi, pesan Kaka, saya sekeluarga sonde perlu berduka sendiri. Bahkan, tambah Kaka itu, sekarang banyak umat sedang antre di depan kamar mandi gereja. Kemungkinan ibadah pun mengalami perubahan jadwal, khususnya waktu, dan akan dimundurkan.

Tuhan marah ko sonde, ibadah dimundurkan, Kaka? Kaka jawab, bapa imam su telpon Tuhan, minta maaf, dan mohon kehadiran Tuhan dimundurkan sekian waktu karena umat masih antre di kamar mandi gereja. Tuhan bisa memahami  situasi sulit yang sedang dialami umat, kata Kaka.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun