Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tanpa Sungkan Menolak "Money Zaman Now"

2 November 2017   01:17 Diperbarui: 2 November 2017   13:56 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Uang (money) adalah sebuah alat tukar atas transaksi barang atau jasa. Uang memiliki nilai tukar tertentu. Setiap orang memiliki penilaian tersendiri terhadap keberadaan uang. Meski begitu, saya kira, lirik lagu "Bujangan"-nya Koes Plus, yaitu "hati senang walaupun tak punya uang", kadang-kadang masih menjadi kebingungan yang lumayan lucu mengenai nilai uang.

Namun, serius, saya sering menolak uang dalam jumlah besar. Mungkin saya bukanlah satu-satunya orang yang sering menolak uang. Namun, mungkin saya termasuk orang yang tanpa sungkan sering menolak uang.

Sering menolak uang? Ya, sering plus tanpa sungkan. Padahal saya sama sekali bukanlah orang kaya, meskipun bukan penganut faham teologi kemakmuran dengan slogan "cinta uang" (loves money).

Mungkin Anda menduga, saya sering menolak uang karena berkaitan dengan suatu proyek, kebijakan, atau hal-hal administratif seperti uang perizinan sebasar Rp30 miliar dari Alexis? Saya sama sekali bukanlah bagian dari birokrasi, baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Saya tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan presiden atau siapalah yang Anda anggap memiliki "kuasa" (power) dalam ranah negara.

Mungkin Anda menduga lagi, saya termasuk seorang profesional yang berintegritas tinggi, bahkan golongan kaum penolak uang paling radikal. Sudahlah, tidak perlu sebegitunyalah. Biasa sajalah.

Seringnya saya menolak uang bukanlah sesuatu yang perlu mendapat penggolongan-penggolongan, integritas-integritasan,  bahkan sampai sebutan "radikal" segala. Atau, sebagian dari Anda menilai bahwa saya terlalu ekstrim, bahkan lebay (berlebihan) hanya gara-gara saya keseringan menolak uang?

Uang Halal-Haram

Mungkin Anda menduga, uang itu uang haram, sehingga wajar kalau saya sering menolaknya. Tetapi, maaf, saya tidak pernah menilai uang itu dalam batasan haram-halal. Bagi saya, uang tetaplah uang.

Soal haram-halal, menurut saya, ada lembaga yang khusus menangani haram-halal, semisal Majelis Ulama Indonesia (MUI). Selama ini saya tidak pernah mendengar adanya kasus uang yang mengandung unsur babi atau beralkohol sekian persen. Kalau "uang mengandung...", seharusnya diperiksa ke bidan, apakah benar "mengandung". Jangan sampai cuma "buncit" lantas dirundung (di-bully) "mengandung".

Sementara maraknya KPK melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) dan banyaknya oknum terciduk dengan barang bukti berupa uang dalam jumlah tertentu itu menunjukkan bahwa uang tetaplah uang. Mereka begitu leluasa memegang uang, dan tidak perlu cuci tangan dengan sabun cuci. Jelas itu uang tanpa ada unsur haram, 'kan?

Selama sekian puluh tahun saya juga belum pernah menemukan label "halal" pada permukaan suatu uang. Apakah karena tidak berlabel "halal" lantas uang itu uang haram?

Terkadang saya berpikir, apakah uang yang saya punya, baik dalam dompet ataupun rekening bank merupakan uang halal-haram. Saya khawatir, jangan-jangan semua uang yang saya punya adalah uang haram karena sama sekali tidak ada label "halal". Tapi, setiap saya menerima pengembalian uang di sebuah toko, sama juga, tidak ada label "halal"-nya.

Oleh sebab tidak ada label "halal" pada setiap uang yang saya terima, simpan, atau belanjakan, entah mengapa, uang-uang itu selalu tidak bertahan dalam dompet atau rekening bank saya. Jangan-jangan semua uang yang pergi begitu saja itu merupakan uang haram.

Uang Panas-Dingin

Mungkin Anda menduga, uang yang saya tolak itu adalah uang panas. Uang panas? Aneh, menurut saya, dugaan Anda itu. Bagaimana uang bisa panas?

Uang panas, mungkin, pantas saya anggap aneh. Sekian puluh tahun hidup dan memegang uang, sama sekali tidak pernah ada uang panas yang saya pegang. Kalaupun ada uang logam yang panas, kemungkinan baru diambil dari suatu tempat yang panas, misalnya sampah terbakar (ada uang logam), celana diseterika (ada uang logam di kantung), dan lain-lain.

Menurut saya, sih, kalau uang panas berada di suatu ruang berhawa sejuk (ber-AC), saya yakin, uang akan jadi sejuk alias dingin. Atau, kalau memang uang panas, letakkan saja di depan kipas angin yang sedang berputar.

Saya heran, sebagian orang mengatakan "uang panas" tetapi saya tidak pernah mendengar "uang dingin". Padahal, kalau ada panas, seharusnya ada dingin. Ya, seperti uang halal dan uang haram.

Entah apa sebenarnya uang panas-dingin seperti sedang demam itu. Entah mengapa beberapa orang sering menyebutnya begitu, khususnya uang panas, seolah sengaja melakukan diskriminasi suhu. Atau, uang panas, lalu uang dingin, bisa malah uang demam, begitu, ya?

Kalau nanti ada uang demam karena panas-dingin, saran saya, coba segera bawa ke puskesmas atau klinik dokter praktik terdekat. Atau, kalaupun hanya panas tanpa dingin, tetaplah, segera dibawa ke tempat yang tepat agar segera ditangani oleh pihak yang berkompeten, yaitu dokter. Jangan sampai uang mengalami panas yang tinggi, kelojotan kronis alias step, dan akhirnya meninggal.

Yang agaknya perlu diperiksa juga adalah uang dingin. Jangan-jangan uang panas tadi sudah meninggal dunia sejak lebih 12 jam alias menjadi mayat. Coba periksa dulu denyut nadinya, sebelum dibawa ke dokter atau ditangani oleh pihak yang berkompeten.

Uang Palsu

Uang haram, bukan. Uang panas, bukan. Jangan-jangan uang palsu nih, kok sampai berani menolaknya?

Bukan uang palsu, sumpah! Saya harus segera mengatakan itu karena uang palsu merupakan sebuah produk tindakan pidana. Ciri-ciri uang palsu itu begini-begitu, dan seterusnya. Saya tidak sudi terlibat kejahatan, seberapa pun besarnya nilai uang palsu itu. Bagi saya, meski sedikit, uang asli tetaplah kesukaan, kegirangan, bahkan idaman saya. Ini ungkapan langsung dari hati saya yang asli.

Menolak Uang

Maaf, saya tidak sedang hendak menyatakan sebuah kesombongan luar biasa atasnama uang. Saya juga tidak sedang mengibarkan slogan "Biar Miskin Asal Sombong" yang pernah saya dengar dari beberapa orang pelosok. Saya hanya sedang mengungkapkan hal-hal yang biasa akhir-akhir ini.

Ya, dengan tanpa sungkan saya berani menolak uang dalam jumlah besar, bahkan sangatlah besar. Ada yang sekitar Rp65 miliar. Ada yang kira-kira Rp58,5 miliar. Ada yang mungkin Rp32,5 miliar. Dan entah berapa lagi yang saya tolak dengan tanpa sungkan.

Semuanya itu saya lihat di posel saya. Saya ambil tiga saja contohnya.

1. Dari orang yang bekerja di sebuah bank. 

From: Mrs. Rama Umar
Groupe Bank of Africa (Annexe) Burkina Faso
Foreign Department Operation.

Attention Please, 

Dear Friend,

My name is Mrs.Rama Umar. I am working with Bank of Africa here in Burkina Faso. Here in this bank existed dormant account for many years, which belong to one of our late foreign customer.

When I discovered that there had been neither deposits nor withdrawals from this account for this long period, I decided to carry out a system investigation and discovered that none of the family member or relations of the late person are aware of this account, which means nobody will come to take it. The amount in this account stands at $5, 000 000 (Five Million USA Dollars).

2. Dari orang yang biasa main judi.

Your email has won you USD4.6M UK Lottery Organization. Your email has won you usd4.6M from the UK Lottery draws Thursday, October 05,2017 held in Burkina Faso (Ouagadougou). Lucky #: MX014926583. For claims contact Mr.Mike Moore on: (mrmikemoore10@gmail.com) with your official names,Nationality/resident country,address, sex, age, tel/mobile #, occupation, date of draw.

For claims contact Mr.Mike Moore on: (mrmikemoore10@gmail.com)

3. Dari seorang yatim-piatu, bahkan dengan membawa nama tuhannya.

Good day my dear,
My name is Julie Albert 24 year-old girl, from Abidjan-Cote D'Iviore.

The rebels killed my parents during the political crisis in 2011, because my late father worked in the government house with the former President of Cote D'Ivoire (Laurent Gbagbo). I am the only child of my parents. I am in the rural area now as i am hiding to save my life from the enemies who killed my parents.

Please I wish to request for your assistance in my efforts to procure the transfer of my inherited money, sum of $2.5 million dollars deposited in a bank for investment Ventures under your care and directive in your country, while I continue my education there in your country.

Thank You And God Bless.

Ms Julie Albert

Ketiga contohnya itu saja yang bisa saya sampaikan. Tanpa sungkan saya menolak uang-uang semacam itu. Jelas bukan uang haram, uang panas, atau uang palsu, 'kan? Mungkin itu termasuk money jaman now! Semoga Anda memaklumi ketidaksungkanan saya.

*******

Kelapa Lima, Kupang, 1 November 2017

*) Maaf, turut mengacaukan bahasa sejak meledaknya istilah "Kids Jaman Now" (Anak-anak Kekinian).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun