Mohon tunggu...
Gusdila Fitri Yanti
Gusdila Fitri Yanti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Setiap orang adalah guru, setiap rumah adalah sekolah (Ki Hajar Dewantara)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menciptakan Generasi Z Berkarakter

20 November 2022   20:18 Diperbarui: 20 November 2022   20:33 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perkembangan teknologi pada saat ini semakin canggih sehingga mampu mempengaruhi proses belajar mengajar, baik pada media, alat peraga, sumber belajar ataupun lainnya. Hal ini sangat mempengaruhi peran dari kepala sekolah dan guru yang profesional dalam menyiapkan siswa generasi Z, mulai dari peran kepala sekolah sebagai pendidik, pengajar, administrasi, supervisor dan juga kemampuan mengembangkan guru, kemampuan mengikuti perkembangan di bidang pendidikan, dan guru dalam penguasaan materi,keterampilan dalam menggunakan multi metode pembelajaran sebagai solusi terbaik untuk memperbaiki kualitas pendidikan melalui sekolah.

Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum, dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Suyata (1998), fungsi utama sekolah awalnya adalah pengajaran namun dalam perkebangannya sekolah berfungsi majemuk dengan pendidikan sebagai intinya, persoalan jumlah dan siapa yang perlu memperoleh pendidikan kiranya cukup jelas, yaitu semua rakyat pembentuk bangsa kita. 

Sedangkan yang perlu dipikirkan dan diusahakan adalah kualitas pendidikan atau mutu kecerdasannya, serta cara mencapainya merupakan implikasi pesan utama cita-cita yang diletakkan oleh pendiri Republik Indonesia dan pengisisan pesan tersebut perlu dicari, dikaji dan dikembangkan.

Memasuki abad ke 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajuan teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menyeimbangkan ilmu pengetahuan (iptek) dengan ilmu agama (imtak), sehingga Individu memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakter ini sangat dihargai dan tentu berguna serta tidak akan siasia. 

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. 

Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".

Pendidikan berkarakter harus berjalan secara baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik dalam mempersiapkan generasi muda bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Persiapan dengan mewariskan budaya dan karakter bangsa yang telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia. 

Dengan kata lain, peserta didik akan selalu bertindak, bersikap yang mencirikan budaya dan karakter bangsa. Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas, "mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa". 

Pendidikan berkarakter merupakan inti dari suatu proses pendidikan. Dalam mengembangkan pendidikan karakter, kesadaran akan siapa dirinya dan kepedulian terhadap kemajuan bangsa akan terasa teramat penting.

Nilai-nilai dalam pendidikan karakter dan dampaknya bagi pelajar Indonesia

Karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang dimiliki warga negara Indonesia berupa tindakan-tindakan yang dinilai sebagai suatu kebajikan berdasarkan nilai yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu, pendidikan karakter bangsa diarahkan pada upaya mengembangkan nilai-nilai yang mendasari suatu kebajikan sehingga menjadi sebuah solusi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pendidikan karakter yang berhasil diterapkan akan menghasilkan nilai-nilai sebagai berikut:

Religius. Kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai religius merupakan pendidikan karakter bangsa yang utama. Melihat nilai relijius yang semakin memudar dalam perkembanggan zaman, maka harus diterapkan sejak dini dalam proses pendidikan baik formal ataupun tidak. Berdoa sebelum dan sesudah belajar, berbuat baik kepada sesama, mengormati dan patuh kepada kedua orang tua dan sebagainya merupakan bentuk aplikatifnya.

Jujur. Karakter bangsa yang kini menjadi sorotan pada berbagai aspek kehidupan adalah kejujuran. Sekarang, nilai kejujuran diumpamakan sebagai barang berharga yang sangat mahal. Lemahnya nilai kejujuran di sekolah, seperti, budaya menyontek, berbohong kepada guru akan berdampak terhadap proses pendidikan dan hasil yang akan diperoleh. 

Nilai kejujuran dapat dikembangkan melalui kantin kejujuran, sehingga materi atau pokok bahasan dalam mata pelajaran dapat langsung dipraktekkan. Kantin kejujuran merupakan salah satu strategi yang tepat agar siswa belajar dan berlatih mengimplementasikan nilai-nilai antikorupsi dan sebagai wadah bagi pendidikan kader calon pemimpin bangsa yang berwatak antikorupsi.

Toleransi. Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, perilaku orang lain yang berbeda dari dirinya. Berbagai kerusuhan (tawuran) dan kekerasan (perusakan sarana umum) diminimalisasikan dengan saling bertoleransi. Rasa toleransi harus selalu tertanam dan dipahami agar generasi muda terlepas dari permasalahan. Tidak mungkin ada toleransi jika kelakuan moral tidak diperkenalkan secara baik melalui pendidikan karakter.

Disiplin. Kedisiplinan membuat pelajar senantiasa menggunakan waktu dengan sebaiknya, dalam arti tidak menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat atau sia-sia. Dalam lingkup nilai disiplin, Indonesia masih jauh tertinggal dari bangsa lain yang sukses menerapkan nilai kedisiplinan. Kenyataan dilapangan, kebiasaan seperti terlambat masuk kelas/ menghadiri rapat, sering tidak hadir, (baik pengajar atau peserta didik), mengakhiri pelajaran sebelum waktunya masih sangat mudah ditemukan.

Kerja Keras. Keberhasilan diperoleh melalui usaha. Kerja keras yang dilakukan meliputi rajin belajar, membuat tugas dengan sungguh-sungguh, dan bekerja sama dalam mencapai tujuan. Suksesnya penerapan kerja keras dalam melaksanakan hak dan kewajiban, akan melahirkan peserta didik yang mau berusaha, tanpa mengenal putus asa. Hal ini membuat siswa mau bekerja keras dalam mencapai tujuan akhir pendidikannya.

Mandiri. Siswa mandiri akan terlepas dari ketergantungan terhadap bantuan yang diberikan oleh orang lain. Kemandirian sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, seperti mengerjakan tugas sendiri, dan melengkapi bahan pembelajaran. Kemandirian melatih siswa untuk terbiasa menggunakan kemampuan yang dimilikinya. Jadi, generasi muda harus mandiri dalam mengerjakan kewajiban yang telah diberikan.

Rasa ingin tahu. Minat dalam proses belajar adalah rasa ingin tahu terhadap materi yang disampaikan. Jika rasa ingin tahu selalu menjadi hal yang selalu dibiasakan, maka menerima materi akan mudah dirasakan. Rasa ingin tahu membuat siswa selalu menggali ilmu, mencari informasi, melakukan suatu hal yang baru.

Gemar Membaca. Dengan gemar membaca, pelajar dapat membuka cakrawala yang luas. Pepatah mengatakan "Membaca Buku Berarti Membuka Jendela Dunia". Informasi yang diperoleh menjadikan peserta didik memiliki potensi awal yang sangat baik, sehingga dapat mengaitkan berbagai ilmu yang dikuasai.

Bertanggung jawab. Bertanggung jawab berarti berani mengambil resiko terhadap tindakan yang telah diperbuat. Peserta didik sangat dituntut untuk bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukannya, baik terhadap diri sendiri, lingkungan masyarakat dan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Karakteristik Generasi Z

Karakteristik Generasi Z Menurut Tapscottdalam Islami (2016), generasi Z adalah golongan yang dilahirkan tahun 1998 hingga 2009. Generasi Z adalah generasi teknologi. Mereka telah mulai mengenal internet dan web seiring dengan usia mereka sejak mereka masih kecil. Generasi Z telah dikenalkan dengan dunia laman sosial sejak kecil. Generasi Z adalah orang yang lahir ketika teknologi telah menguasai dunia, oleh karena itu generasi ini dikenal sebagai thesilentgeneration, generasi senyap dan generasi internet. Generasi Z, disebut juga iGeneration atau generasi internet (Putra, 2016).

Dill (2015) mengemukakan bahwa Forbes Magazine membuat survei tentang generasi Z di Amerika Utara dan Selatan, di Afrika, di Eropa, di Asia dan di Timur Tengah. 49 ribu anak-anak ditanya. Atas dasar hasil itu dapat dikatakan bahwa generasi Z adalah generasi global pertama yang nyata.. Smartphone dan media sosial tidak dilihat sebagai perangkat dan platform, tapi lebih pada cara hidup. Kedengarannya gila, tapi beberapa penelitian mendukung klaim ini. Sebuah studi oleh Goldman Sachs menemukan bahwa hampir setengah dari Gen Zers terhubung secara online selama 10 jam sehari atau lebih. Studi lain menemukan bahwa seperlima dari Z Gen mengalami gejala negatif ketika dijauhkan dari perangkat smartphone mereka. Cepat merasa puas diri bukanlah sebuah kata yang mencerminkan generasi Z. Sebanyak 75% dari Gen Z bahkan tertarik untuk memegang beberapa posisi sekaligus dalam sebuah perusahaan, jika itu bisa mempercepat karier mereka.

Menyiapkan Generasi Z yang berkarakter

Lembaga pendidikan atau sekolah saat ini sedang dipenuhi generasi Z, kesadaran pengelola sekolah (kepala sekolah, guru dan karyawan) untuk menghadapi generasi Z menjadi sangat penting. Karena sekolah merupakan salah satu institusi yang dipercaya untuk menyiapkan generasi dimasa yang akan datang. 

Jika sekolah tetap menerapkan model pembelajaran persis 10 tahun lalu dengan tidak memperhatikan perkembangan zaman, bisa diyakini generasi Z ini tidak akan terdidik dengan baik. Lalu apa yang harus dilakukan oleh lembaga pendidikan dalam mendidik generasi Z agar selain pandai dalam teknologi juga memiliki karakter yang baik. 

Pertama memanfaatkan teknologi informasi. Salah satu karakteristik Generasi Z akan produktif jika tetap terhubung internet dan media sosial. Karenanya sekolah harus memasukan nilai-nilai karakter yang baik dalam memanfaatkan teknologi ini sebagai media pembelajaran agar peserta didik produktif dalam teknologi namun tetap menjaga nilai karakter yang dimiliki setiap peserta didik.

Pengawasan terhadap penggunaan smartphone dalam pembelajaran adalah salah satu contoh penjagaan dan memanfaatkan teknologi agar siswa tetap produktif namun tetap menjaga karakter yang dimiliki. Pembelajaran melalui sosial media tetap harus dikembangkan sekolah namun dengan pengawasan. 

Karena pada anak generasi Z cenderung aktif disosial media maka kita harus lebih bijak memanfaatkan sosial media sebagai tempat belajar dan menjaga agar tidak melenceng dari norma yang ada, contohnya saja membuat grup belajar dari Facebook, WhatsApp, dan sebagainya tetapi dari guru ada yang masuk dalam grup tersebut dan penilaian tidak hanya sekedar dari hasil siswa tapi juga memasukan unsur karakter baik kejujuran, kata yang sopan atau kerja sama dalam indicator penilaian, sehingg adengan sosial media tersebuat dapat belajar dimana saja dan kapan saja, guru juga dapat mengawasi siswa dimana saja dan kapan saja. Dalam alam pikiran mereka sudah banyak informasi yang mereka dapatkan. 

Dalam otaknya terlalu banyak variable-variable yang harus mereka hubungkan. Tugas sekolah adalah memberikan mereka bekal untuk menghubungkan antar variable tersebut bahkan memfilter variable-variable yang tidak bermanfaat bagi kehidupannya, juga tetap mengingatkan akan karakter yang akan selalu dipakai peserta didik seumur hidupnya.

Metode pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai objek sudah tidak mampu lagi untuk mendidik generasi Z.Guru harus mempunyai kemampuan untuk mengembangkan model pembelajaran Higher Order Thingking Skill (HOTS) yang dalam Bahasa Indonesia dikenal sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi. 

Dimana siswa diajarkan untuk berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, berpikir kreatif dan diberi soal yang memberikan peluang peserta didik untuk menghubungkan berbagai variable yang ada didalam soal dan menganalisa solusinya. Model pembelajaran Lower Order Thingking Skill (LOTS) yang mengandalkan hafalan atau soal yang langsung menerapkan rumus tanpa perlu berpikir lebih lanjut harus mulai dikurangi di sekolah.

Perlu kita hayati bersama bahwa pendidikan merupakan kunci masa depan bangsa kita. Pendidikan berkarakter harus berjalan secara baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik dalam mempersiapkan generasi muda bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan.

Pendidikan karakter bangsa diarahkan pada upaya mengembangkan nilai-nilai yang mendasari suatu kebajikan sehingga menjadi sebuah solusi untuk meningkatkan mutu pendidikan Pendidikan karakter yang berhasil diterapkan akan menghasilkan nilai-nilai, yakni: religius, jujur, toleransi, displin, kerja keras, kratif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat dan komunikasi, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial serta bertanggung jawab.

Sesuai uraian tersebut, maka keluaran institusi pendidikan atau lembaga sekolah seharusnya mampu menghasilkan orang-orang yang pandai dan baik dalam arti yang luas, dimana pendidikan untuk membuat anak pandai dan juga mampu menciptakan nilai-nilai luhur sesuai dengan karakter bangsa dan bisa mengikuti perkembangan zaman yang ada. Sehingga penting kiranya menanamkan nilai-nilai luhur atau karakter dimulai sejak usia sekolah dasar/dini agar peserta didik sudah memiliki paying dalam menantang perubahan zaman baik dari teknologi ataupun kemajuan zaman yang semakin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun