Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Untuk Pencitraan Positif Perlu City Branding Kota Bekasi

10 April 2016   21:35 Diperbarui: 10 April 2016   21:50 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEJAK dahulu kala, Bekasi sudah menjadi pusaran peradaban. Dari zaman kerajaan Tarumanagara, revolusi pergolakan, kemerdekaan hingga kekinian. Poros peradaban itu berkembang seiring perubahan perkotaan menggeliat maju. Dari fakta sejarah itu menunjukan Kota Bekasi sebagai cikal bakal peradaban, pintu gerbang perjuangan (tapal batas ke Batavia), pintu gerbang Jawa Barat, pintu gerbang Ibukota (penyangga ibukota). Layak Kota Bekasi sebagai miniatur Indonesia mini dalam keberagaman sebagai Kota Patriot Gerbang Peradaban.

Dari literatur yang ada, pusaran peradaban Bekasi, dimulai pada abad ke-5 Masehi dengan berdirinya Kerajaan Tarumanagara. Cikal bakal peradaban pemerintahan ini lebih tua sebelum berdirirnya kerajaan-kerajan besar di Pulau Jawa dan kerajaan di Jawa Barat seperti Pajajaran, Pakuan, Galuh. Bahkan Tarumanagara sudah berdiri sebagai ciri pemerintahan yang memiliki sistem modern. Terbukti pada zaman itu sudah dibangun sungai buatan sebagai jalur transportasi ke laut dan irigasi. Rajadhirja Purnawarman menamai dua kali buatan itu Kali Candrabhaga (Kali Bekasi) dan Kali Gomati. Tarumanagara sebagai puncak peradaban Buni yang berlangsung sejak 2.000 tahun silam.

Kota Bekasi sebagai daerah transit komuter juga terjadi saat Kerajaan Mataram dibawah kepemimpinan Raja Sultan Agung pada tahun 1628 dan 1630 menyerbu VOC di Batavia. Bekasi sebagai gerbang penyerbuan ke Jakarta dijadikan barak penempatan pasukan. Saat penyerbuan itu gagal banyak pasukan Mataram yang tidak kembali dan beranak pinak di Bekasi. Pusaran peradaban terkait patriotisme itu sudah dimulai sejak tahun 1628.

Saat era revolusi pergolakan, tapal batas Bekasi tumbuh subur sebagai daerah perlawanan. Pada era pra kemerdekaan para patriot Bekasi ikut andil dalam proses pengawalan penculikan Soekarno-Hatta dari Jakarta ke Rengasdengklok Karawang 16 Agustus 1945. Proklamasi 17 Agustus, patriot Bekasi yang hadir Madnuin Hasibuan dan Yakub Gani. Dari berbagai perjuangan itu Bekasi melahirkan Pahlawan Nasional KH. Noer Alie.

Sebagai daerah tapal batas perjuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman pernah mengirim pasukan dari divisi Diponegoro dan Siliwangi mempertanhan Bekasi pada 13 Juni 1946. Banyak bunga patriot yang gugur hingga penyair Chairil Anwar membuat sajak Krawang – Bekasi, Ismail Marzuki mencitakan lagu Melati di Tapal Batas dan sastrawan Pramoedya Ananta Toer menulis novel Di Tepi Kali Bekasi.

Peradaban yang terus berkembang dan dinamis akhirnya Kota Bekasi pada 10 Maret 1997 berpisah dari Kabupaten Bekasi. Saat ini Kota Bekasi sudah dipimpin 7 walikota dari H. Soejono hingga H. Rahmat Effendi. Poros peradaban itu artinya dimulai sejak zaman Tarumanagara hingga sekarang. Toleransi dan perbauran itu juga ditanam sejak dahulu kala, tercermin dari keberagaman beragama seperti di Kampung Sawah.

Dari nama –nama patriot dan pemimpin Bekasi yang muncul mencerminkan perbauran budaya berbagai suku bangsa dari Sabang sampai Merauke. Peradaban kehidupan, peradaban perjuangan, beragama, bermasyarakat, peradaban pengelolaan pemerintahan berdinamika seiring dengan kemajuan zaman di era teknologi informasi.

CITY BRANDING

Kota Bekasi yang makin danta menuju peradaban baru banyak diminati kalangan investor. Kota Bekasi menjelma menjadi kota metropolitan sedang dengan pesatnya pembangunan perkotaan termasuk kawasan hunian, kawasan bisnis, kawasan perdagangan,kawasan perbelanjaan, apartemen dan mal-mal. Pesatnya perkembangan perkotaan tidak bisa dibendung. Dengan penduduk 2,6 juta, pemenuhan kebutuhan masyarakat akan pendidikan, kesehatan, sarana-prasarana kemasyarakatan menjadi timpang.

Untuk menjawab itu senua, Walikota Bekasi, Rahmat Effendi melakukan berbagai gebrakan dan terobosan berani. Mulai dari mewujudkan Visi Bekasi Maju, Sejahtera dan Ihsan, menawarkan konsep smart city Kota Bekasi Maju hingga rencana pembangunan landmark Kota Bekasi di 3 titik gerbang masuk kota.

Kemajuan yang pesat mau tidak mau akan menimbulkan ekses dampak negatif seperti kemacetan, pengangguran, kemiskinan perkotaan dan berbagai pelayanan publik. Klimaknya Kota Bekasi pernah dibully para neticen karena dampak kemacetan yang parah. Persepsi negatif itu ditambah, Kota Bekasi sebagai kota sampah, kota terjorok dan kota tiada bentuk.

Di era teknologi informasi dan komunikasi, pencitraan (persepsi) positif perlu disosialisaiskan seiring dengan konsep smart city. Daya unggul, keunikan dan ciri khas Kota Bekasi perlu disosialisasikan secara massal dan masif melalui city branding. Branding yang sudah ngetren yaitu Kota Bekasi sebagai kota patriot hanya perlu dicarikan bentuk agar lebih mudah diingat berbagai kalangan khususnya warga Bekasi dan luar Bekasi.

Ciri khas bangunan adat Bekasi sebagai kearifan lokal perlu diseragamkan di balai warga, kantor RW/RT, Balai kelurahan/kecamatan hingga Balai Kota. Ciri khas tugu bambu runcing perlu diseragamkan sebagai tugu pintu masuk kota, pintu masuk antar batas, pintu masuk kecamatan dan kelurahan. Budaya Bekasi sudah harus masuk muatan lokal dengan penyeragaman berbagai kearifan lokal mulai dari SD hingga SMA.

Berbagai keunikan dan ciri khas lokal harus terus disosialisasikan mulai dari kuliner, makanan, pakaian adat, batik Bekasi dan lain-lain. Penjadwalan festifal Bekasi harus kontinyu dan memiliki daya tarik tersendiri karena Kota Bekasi sebagai miniatur Indonesia mini. City branding yang berisi keunggulan, keunikan dan ciri khas Kota Bekasi bertujuan agar lebih dikenal oleh masyarakat luas untuk pencitraan positif perkotaan. Persepsi positif itu harus terus di-market- secara terukur melalui jejaring media sosial dan media masa.

City branding harus mudah diucapkan, dikenal. diingat, dijiwai, dihayati dan dipahami oleh tidak hanya penduduk kota, tetapi juga bagi setiap orang yang melihat, membaca dan mendengarnya.City branding harus mudah terbedakan, oleh karena itu harus spesifik dan khas. City branding harus mudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris harus menggambarkan pengertian yang sama dan identik, sehingga tidak membingungkan orang yang mengetahuinya. City branding harus bisa memperoleh hak untuk didaftarkan dan mendapat perlindungan hukum

Ada beberaka kata yang patut dipertimbangkan dengan segala keunggulan, keunikan dan ciri khas untuk dijadikan logo, tagline dan branding Kota Bekasi. Kata-kata tagline itu seperti Bekassie Patriot Spirit Of Tarumanagara, Kota Bekasi Patriot Gerbang Peradaban, Kota Bekasi Patriot dan Danta, Kota Bekasi Patriot Peradaban, Kota Bekasi Patriot Kemajuan, Kota Bekasi Patriot dan Ihsan, Kota Bekasi Patriot – Gue Poenya, Kota Bekasi Patriot Banget dan lain-lain.

Semoga dengan city branding dengan logo dan tagline yang menarik akan mengangkat citra positif Kota Bekasi akan merubah sudut pandang positif warga kota dan masyarakat luar Bekasi. Citra positif itu akan terbangun dan tertanam sebagai gawe bareng semua pihak bagaimana kota kecil itu tidak dikenal sisi negatifnya namun sebagai kota yang nyaman, aman dan menarik untuk dikunjungi karena keunggulan budayanya yang heterogen, beragam dan memiliki kekhususan daya tarik tersendiri. Nyaman sebagai pusat hunian dan nyaman dalam membangun peradaban, kemajuan yang ihsan. Patriot dalam perubahan perkotaan dan patriot dalam mensejahterakan warga kota. SEMOGA[caption caption="Toleransi keberagaman dalam peradaban Foto; Gusdidit "][/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun