Orang-orang yang kesulitan air di wilayah Gunung Kidul, orang-orang yang bingung mencari tanah baru karena digusur bencana, orang-orang sedih yang melihat anak semata harapan keluarganya putus sekolah, orang-orang luluh dan lantak karena hidup terus melayang-layang kehilangan agenda. Kita buta terhadap semua.
Kita mengepak beratus-ratus program pembangunan, lalu tanpa menyadari bahwa semua itu sudah merupakan bagian dari tugas kita masih mengutip upeti. Seperti perahu Yunus yang digedor-gedor gelombang pasang, kita saat ini tengah hidup di atas bumi yang marah kepada kita karena congkaknya. Semoga saja tidak banyak pemimpin negeri ini yang harus mati lalu ditolak bumi karena terlalu sering melakukan kemunafikan semasa hidupnya.
Maaf kalau tulisan-tulisan saya ini lebih mirip dan pantas untuk digambarkan sebagai situasi dan kondisi dari orang yang kelihatannya mau muntah-muntah. Sudah terlampau sering saya berharap akan melihat perubahan lebih bagus lagi di negeri ini, akan tetapi nampaknya hal yang paling rasional adalah membiarkan banyak pejabat di negeri ini mengeruk keuntungan dari negara sebisa-bisanya, sebanyak-banyaknya, lalu mempersilakan beliau-beliau itu berjalan bersama-sama menuju pesawat jumbo yang akan meledak di angkasa.
Berkacalah pada wajah-wajah kenestapaan. Seorang lelaki paruh baya yang harus menjadi maling untuk menenangkan kehidupan keluarganya, seorang perempuan yang harus bunting untuk menebus biaya pengobatan adiknya, seorang bayi yang kemudian harus dilahirkan lagi untuk membabat habis kejahatan Indonesia Raya.
Jabat erat Indonesia!
