“Gak mau beliin kakak?” pintaku menggodanya
“Mau es apa mas”? tanyanya dengan serius
“Engak ren aku udah ada minum kok” jawabku
“Beneran mas?” tanyanya menyakinkanku
“Iya dik, aku udah ada minum” jawabku serius sambil senyum
“Yauda mas aku beli es dulu” jawabnya kemudian berjalan keluar kelas
Aku melihatnya dari belakang. Ia berjalan tenang melewati anak yang bermain bola dan terlihat berlari kecil untuk menghindari bola yang berkelibat di dekatnya. Aku mengawasinya sampai ia tak terlihat di balik toko kelontong.
Sejak pertama kali kami datang ke desa ini untuk mengajar. Aku melihat ia berbeda dari teman-temannya yang lain. Ia tidak begitu banyak bermain, paling aktif ketika di kelas dan agak pemalu. Senyumnya tidak berlebih. Wajahnya sendu. Sering ia menunjukkan senyum yang aku tak memahaminya.
“Mas ayo bal-balan” Adit memintaku
Aku mengiyakan, melepas jas almater yang masih aku pakai dan langsung berlari ketengah lapangan sekolah.
“Aku tim mana?” tanyaku