Mohon tunggu...
Yoyok Suharto SE MM
Yoyok Suharto SE MM Mohon Tunggu... Motivator dan Life Coach -

Yoyok Suharto adalah seorang motivator yang mengkhususkan pada bidang Harmonisasi Kerja para pegawai dan persiapan Pensiun Bahagia, Selain sebagai Motivator, Yoyok Suharto adalah seorang Master of Spiritual Life serta pengusaha Batik Kumoro Joyo yang beralamatkan di jalan lowanu No. 8 Yogyakarta. Yoyok Suharto juga merupakan seorang pengasuh Majelis Ta'lim Al Furqon Yogyakarta serta sebagai pengasuh komunitas Suluk Sastra Gending Mataram. Disela sela kesibukannya selalu menyempatkan waktu untuk menulis artikel yang berkaitan dengan pembentukan karakter Manusia untuk menjadi pribadi yang lebih mulia. Yang saat ini dapat diakases melalui website www.yoyoksuharto.com .

Selanjutnya

Tutup

Money

Hakikat Puasa di Bulan Ramadhan

15 Mei 2018   11:39 Diperbarui: 16 Mei 2018   09:33 2097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Umat muslim di seluruh dunia pasti akan merasa sangat gembira menyambut datangnya bulan suci yang penuh berkah dari Allah SWT. Bulan suci ramadhan selalu hadir setiap tahun dan setiap muslim diwajibkan untuk menunaikan ibadah puasa selama sebulan penuh. 

Secara syar'i puasa adalah menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkan puasa, mulai dari makan, minum serta hubungan intim dan lain-lain. Tidak hanya itu saja, Secara hakikat puasa memiliki tujuan yang lebih dalam yaitu untuk "Mensucikan Jiwa". Hasil dari Proses pendidikan (Tarbiyah) dan penyucian (Tazkiyah) melalui puasa diharapkan mampu mencapai pada tataran minimal nafsu "Mutmainnah" atau Jiwa Yang Tenang.

Agar proses penyucian jiwa dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka sebelumnya harus memahami dengan benar tentang esensi dan keberadaan jiwa di dalam diri kita. Hal ini dimaksudkan agar tujuan utama menjalankan puasa untuk meningkatkan derajat menjadi orang yang bertaqwa dapat tercapai.

Seperti yang telah disebutkan dalam Al-Qur'an Surat Al Baqarah ayat 183, yang artinya "Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa". Taqwa merupakan refleksi dari jiwa yang suci, karena seseorang yang bertaqwa telah mampu menemukan kesadaran atas kewajibannya sebagai hamba Allah yang selalu tunduk pada perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta selalu berbuat kebaikan untuk orang lain, diri sendiri bahkan alam semesta yang didasari rasa kasih sayang tanpa adanya kebencian, dendam, iri dan lain-lain dalam hatinya.

Menyikapi kalimat menyucikan jiwa, maka kita harus mengerti dan mamahami dengan baik terlebih dahulu "apa yang dimaksud dengan jiwa itu sendiri". Dalam bahasa arab "jiwa" adalah Nafs yang ada sejak kita dilahirkan di muka bumi ini. Dalam bahasa psikologi disebut emosi. Sedangkan dalam bahasa sansekerta "Jiwa" diartikan sebagai "benih kehidupan". 

Dari beberapa makna jiwa tersebut dapat kita jadikan pedoman dalam melakukan proses Tazkiatun nafs (menyucikan jiwa). Bila jiwa merupakan benih kehidupan maka jiwa akan tumbuh sesuai dengan perlakuan yang kita berikan terhadap jiwa. Perlakuan tersebut berupa input-input baik itu kalimat, sikap dan perilaku yang diterima oleh jiwa melalui respon bawah sadar kita. Dengan akumulasi input-input tersebut maka jiwa akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan input-input yang diterimanya. Dari jiwa akan muncul secara fenotip berupa akhlak atau perilaku.

Jika input-input yang diberikan baik maka jiwa akan baik dan melahirkan akhlaqul karimah (akhlak yang mulia), mengarah pada ketaqwaan, keimanan dan perbuatan-perbuatan yang membawa manfaat bagi kehidupan diri sendiri dan orang lain. Namun jika input-input yang diterima sebaliknya maka jiwa juga akan menjadi kotor yang mengakibatkan perilaku seseorang menjadi kurang baik bahkan menjadi kejam dan merusak yang banyak merugikan orang lain, diri sendiri dan alam semesta.

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam perjalanan kehidupan, kita semua pasti pernah mengalami beberapa hal yang bersifat negatif dan juga positif yang menjadi sedimentasi dosa dan pahala pada diri kita. 

Untuk menyucikan dosa-dosa tersebut, dengan Kasih sayang-Nya Allah memberikan kesempatan kepada kita berupa perintah untuk melakukan puasa wajib di bulan ramadhan selama satu bulan penuh. Kita yang telah mengetahui dan memahami tentang hakikat jiwa serta proses tazkiatun nafs, maka dalam menyambut dan menjalankan perintah Allah ini kita wajib menjalankan puasa dengan penuh kesadaran, baik pikiran maupun jiwa agar ibadah puasa kita benar-benar diterima oleh Allah SWT. 

Dalam menjalankan puasa hal penting yang harus kita sadari adalah "hal-hal negatif apa yang ada dalam diri kita yang harus kita sucikan ?", misalnya kita penuh kebencian dengan kehidupan atau terhadap orang lain, dengan menjalankan puasa diharapkan sifat benci yang ada dalam diri kita bisa keluar dari tubuh kita. Sehingga setelah idul fitri jiwa kita tidak lagi penuh kebencian melainkan penuh kasih sayang dengan memaafkan segala kesalahan yang pernah kita lakukan maupun yang pernah orang lain lakukan kepada kita. 

Hal lain yang juga merupakan salah satu indikator yang bisa dikenali dari tercapainya hakikat puasa selama ramadhan adalah meningkatnya perilaku baik kita yang mengarahkan pada peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Beberapa hal perlu kita garis bawahi tentang hakikat puasa agar jiwa kita benar-benar menjadi bersih, yaitu :

Agar setelah puasa kalimat yang kita ucapkan dan kita tuliskan benar-benar baik dan tidak kotor lagi, seperti yang tertuang dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim ayat 24, 25 dan 26. Yang artinya :

ayat (24) : "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya;"

ayat (25) : "Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat ;"

Ayat (26) : "Dan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun."

Mungkin selama ini kita pernah berkat-kata yang jelek, seperti mengumpat kepada orang lain, berdusta, mencela dan lain-lain, harapannya setelah kita berpuasa di bulan suci ramadhan kita hanya akan mengucapkan dan menuliskan kalimat yang lebih baik serta penuh kasih sayang dan nilai-nilai kepedulian dalam kehidupan.

  • Menyucikan Pikiran Negatif Kita.

Barangkali kita sering berpikir negatif, seperti : berprasangka jelek terhadap nasib hidup kita, berprasangka jelek terhadap pasangan hidup kita, berprasangka jelek terhadap lingkungan kita, pernah memiliki pikiran yang merugikan orang lain dan lain-lain. Setelah kita berpuasa sebulan penuh tentunya kita diharapkan tidak lagi memiliki pikiran negatif atau pikiran yang dapat merugikan diri sendiri atau merugikan orang lain. Agar target puasa kita mencapai sasaran akan lebih tepat guna lagi jika niat puasa kita juga difokuskan untuk membersihkan pikiran negatif yang ada di dalam otak kita.

Kondisi ini tentu ada relevansinya dengan surat Al Baqoroh ayat 185 yang artinya: "(beberapa hari yang di tentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya di turunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil). Karena itu barang siapa diantara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang di tinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu, dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur".

Bila pikiran kita di penuhi dengan pikiran positif tentunya cahaya Al Furqon ( Cahaya pembeda yang haq dan yang bathil) benar-benar akan menjadi kekuatan kita untuk selalu berpikir positif dalam menjalani kehidupan yang berhubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia.

  • Menyucikan Hati.

Mungkin hati kita sampai saat ini masih dipenuhi dengan kecemasan, ketakutan, kebencian, dendam dan hal-hal lain yang dapat merugikan diri kita sendiri dan orang lain. Semua itu perlu disucikan agar hati kita berubah menjadi hati yang penuh dengan rasa syukur dan bukan kufur kepada Allah SWT. 

Kebeningan hati tentunya sangat di butuhkan dalam menjalani kehidupan ini, semua itu agar kita benar-benar bisa merasakan nikmat yang diberikan Allah kepada kita, sehingga kita tidak lagi protes dengan keadaan yang sedang kita jalani, melainkan selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Selain itu dengan kebeningan hati maka diharapkan perjalanan kehidupan kita selalu selamat baik kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.

  • Menyucikan Perbuatan Kita.

Selama menjalani proses kehidupan, baik secara individu maupun sosial yang tidak lepas dari interaksi dengan orang lain, mungkin perbuatan kita selama ini ada yang merugikan diri kita sendiri maupun orang lain. Diharapkan setelah menjalani puasa ramadhan perbuatan kita yang kurang dan tidak baik tersebut dapat disucikan sehingga menjadi lebih baik dan lebih banyak mengarah pada hal-hal positif yang bermanfaat bagi kehidupan kita maupun lingkungan kita.

Selama menjalankan ibadah puasa hati kita harus benar-benar ikhlas menyerahkan diri secara total (taslim) kepada Allah SWT, agar kita benar-benar bisa meraih ketaqwaan sampai pada tataran nafsu mutmainnah (jiwa yang tenang). Ada tiga hal penting dan mendasar yang perlu kita pahami agar hakikat puasa bisa kita raih dengan baik dan benar, yaitu :

  • Puasa Perut atau Fisik

Yaitu menahan makan dan minum dengan cara meningkatkan kualitas ketaatan untuk tidak makan dan minum dari setelah sahur sampai waktu berbuka puasa. Selain puasa perut tentunya kita juga berpuasa panca indera, seperti menahan mata untuk tidak memandang hal-hal yang dapat membatalkan puasa, mendengarkan hal-hal yang tidak bermanfaat, mengucapkan atau berkata-kata yang tidak baik. 

Dalam keadaan menahan makan, minum dan hubungan intim serta mengendalikan panca indera selama berpuasa akan menjadi satu tambahan nikmat bagi kita dalam mengerjakan ibadah sholat dan dzikir-dzikir yang kita lakukan. Hal ini akan menjadi kekuatan fisik dan batin untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.

  • Puasa Hawa Nafsu

Yaitu menahan dan mengendalikan hawa nafsu, seperti ucapan kotor, perbuatan keji dan munkar yang bertujuan untuk mengenali perilaku baik dan buruk yang ada dalam diri kita. Selain itu selama berpuasa segala emosi harus dikendalikan secara kuat agar terbentuk sistem yang dapat menjadi automatic machine pengendali emosi yang dapat berkelanjutan setelah puasa selesai. 

Hikmah lain yang bisa kita dapatkan dari proses puasa adalah, diri kita terlatih untuk mengendalikan hawa nafsu, batin kita mendapatkan tarbiyah (pendidikan) untuk mengenali sifat baik dan buruk yang ada di dalam batin kita, hawa nafsu yang terkendali akan menghantarkan diri kita menjadi manusia yang menduduki tataran sabar yang sebenarnya, yaitu yang mampu menyadari sepenuhnya bahwa "tenang" itu sangat dianjurkan oleh agama, termasuk tenang dalam menjalankan ibadah puasa. Habit atau kebiasaan yang terbentuk selama satu bulan berpuasa diharapkan dapat diaplikasikan dan menjadi habit untuk sebelas bulan ke depan sampai bertemunya bulan puasa ramadhan kembali.

  • Puasa Qolbu

Yaitu menyucikan perasaan dari rasa benci, iri, dengki, jengkel, kecewa, dendam dan lain-lain yang bersifat negatif dari dalam hati. Upaya menyucikan qolbu bertujuan untuk mendapatkan Nur Ilahi yang menerangi qolbu kita dalam kehidupan kita sehari-hari. 

Dengan kebeningan hati, kita sangat berharap cahaya Qur'an dapat hadir selamanya dalam hati kita, sehingga dapat menjadi manusia yang benar-benar dalam bimbingan Allah SWT. Hati yang terang karena disinari oleh cahaya Qur'an dan cahaya Ilahiyah, akan menjadikan sifat dan perilkau kita yang penuh dengan kasih sayang yang tulus serta sifat Rahmatan Lil Alamin.

Datangnya bulan suci ramadhan yang penuh berkah ini seharusnya dapat menjadi momentum yang sangat baik bagi kita, untuk mendidik diri kita menjalankan ibadah syar'i maupun hakikat dengan benar dan lebih khusyuk hingga dapat mencapai nilai-nilai kesucian jiwa dan menjadikan kita semua menjadi manusia yang benar-benar bertaqwa kepada Allah. 

Mari kita sambut datangnya bulan suci ramadhan dengan penuh semangat dan bahagia, agar kita semua mendapatkan berkah dari Allah SWT yang dapat meningkatkan nilai-nilai ketaqwaan dan keimanan serta kesucian pikiran, kalimat dan hati kita. Sehingga kita benar-benar menjadi menusia yang berarti dalam kehidupan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun