Selama menjalani proses kehidupan, baik secara individu maupun sosial yang tidak lepas dari interaksi dengan orang lain, mungkin perbuatan kita selama ini ada yang merugikan diri kita sendiri maupun orang lain. Diharapkan setelah menjalani puasa ramadhan perbuatan kita yang kurang dan tidak baik tersebut dapat disucikan sehingga menjadi lebih baik dan lebih banyak mengarah pada hal-hal positif yang bermanfaat bagi kehidupan kita maupun lingkungan kita.
Selama menjalankan ibadah puasa hati kita harus benar-benar ikhlas menyerahkan diri secara total (taslim) kepada Allah SWT, agar kita benar-benar bisa meraih ketaqwaan sampai pada tataran nafsu mutmainnah (jiwa yang tenang). Ada tiga hal penting dan mendasar yang perlu kita pahami agar hakikat puasa bisa kita raih dengan baik dan benar, yaitu :
- Puasa Perut atau Fisik
Yaitu menahan makan dan minum dengan cara meningkatkan kualitas ketaatan untuk tidak makan dan minum dari setelah sahur sampai waktu berbuka puasa. Selain puasa perut tentunya kita juga berpuasa panca indera, seperti menahan mata untuk tidak memandang hal-hal yang dapat membatalkan puasa, mendengarkan hal-hal yang tidak bermanfaat, mengucapkan atau berkata-kata yang tidak baik.Â
Dalam keadaan menahan makan, minum dan hubungan intim serta mengendalikan panca indera selama berpuasa akan menjadi satu tambahan nikmat bagi kita dalam mengerjakan ibadah sholat dan dzikir-dzikir yang kita lakukan. Hal ini akan menjadi kekuatan fisik dan batin untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.
- Puasa Hawa Nafsu
Yaitu menahan dan mengendalikan hawa nafsu, seperti ucapan kotor, perbuatan keji dan munkar yang bertujuan untuk mengenali perilaku baik dan buruk yang ada dalam diri kita. Selain itu selama berpuasa segala emosi harus dikendalikan secara kuat agar terbentuk sistem yang dapat menjadi automatic machine pengendali emosi yang dapat berkelanjutan setelah puasa selesai.Â
Hikmah lain yang bisa kita dapatkan dari proses puasa adalah, diri kita terlatih untuk mengendalikan hawa nafsu, batin kita mendapatkan tarbiyah (pendidikan) untuk mengenali sifat baik dan buruk yang ada di dalam batin kita, hawa nafsu yang terkendali akan menghantarkan diri kita menjadi manusia yang menduduki tataran sabar yang sebenarnya, yaitu yang mampu menyadari sepenuhnya bahwa "tenang" itu sangat dianjurkan oleh agama, termasuk tenang dalam menjalankan ibadah puasa. Habit atau kebiasaan yang terbentuk selama satu bulan berpuasa diharapkan dapat diaplikasikan dan menjadi habit untuk sebelas bulan ke depan sampai bertemunya bulan puasa ramadhan kembali.
- Puasa Qolbu
Yaitu menyucikan perasaan dari rasa benci, iri, dengki, jengkel, kecewa, dendam dan lain-lain yang bersifat negatif dari dalam hati. Upaya menyucikan qolbu bertujuan untuk mendapatkan Nur Ilahi yang menerangi qolbu kita dalam kehidupan kita sehari-hari.Â
Dengan kebeningan hati, kita sangat berharap cahaya Qur'an dapat hadir selamanya dalam hati kita, sehingga dapat menjadi manusia yang benar-benar dalam bimbingan Allah SWT. Hati yang terang karena disinari oleh cahaya Qur'an dan cahaya Ilahiyah, akan menjadikan sifat dan perilkau kita yang penuh dengan kasih sayang yang tulus serta sifat Rahmatan Lil Alamin.
Datangnya bulan suci ramadhan yang penuh berkah ini seharusnya dapat menjadi momentum yang sangat baik bagi kita, untuk mendidik diri kita menjalankan ibadah syar'i maupun hakikat dengan benar dan lebih khusyuk hingga dapat mencapai nilai-nilai kesucian jiwa dan menjadikan kita semua menjadi manusia yang benar-benar bertaqwa kepada Allah.Â
Mari kita sambut datangnya bulan suci ramadhan dengan penuh semangat dan bahagia, agar kita semua mendapatkan berkah dari Allah SWT yang dapat meningkatkan nilai-nilai ketaqwaan dan keimanan serta kesucian pikiran, kalimat dan hati kita. Sehingga kita benar-benar menjadi menusia yang berarti dalam kehidupan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H