Yang menjadi perhatian saya justru para pengguna FB untuk kepentingan mencari nafkah, jualan online, misalnya. Mereka akan terkena dampak secara langsung pemblokiran FB. Mereka bakal kehilangan channel murah untuk kepentingan pemasaran, baik sebagai media promosi hingga untuk transaksi bisnis. Meski mereka bisa juga beralih ke channel lain untuk media berdagang. Namun pasti mereka akan merasa kehilangan atas platform yang selama ini mereka gunakan. Bagi pengguna FB untuk narsis, saya tidak peduli. Toh tanpa narsis pun mereka tetap bisa hidup wajar (bahkan lebih berkualitas).
Dalam perspektif politik, penutupan FB layak kita syukuri. Hal itu paling tidak akan sedikit menurunkan tensi politik yang terus menegang akhir-akhir ini. Petualang politik juga tidak bisa memanfaatkan data perilaku pengguna FB untuk sasaran kampanye politik. Silakan cari cara lain untuk berkampanye. Padahal Ketua DPR Bambang Soesatyo sudah mewanti-wanti partai politik bisa menggunakan teknologi big data untuk kepentingan pemilu. Â
Selama kampanye (atau propaganda?) dilakukan secara elegan, itu bagian dari proses berdemokrasi yang patut kita harga. Kelompok-kelompok radikal juga tidak bisa lagi memanfaatkan FB untuk penyebaran ideologi mereka. Tak ada kesempatan di FB Indonesia untuk merekrut "para pengantin" sebagai martir bom bunuh diri. Â
Jadi, secara umum tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan terhadap penutupan FB di Indonesia. Meski ada perasaan "kecanduan" sebagian orang terhadap FB, toh hal itu tidak menyangkut hal strategis bagi kehidupan umat manusia. Â Saya yakin semua tetap akan berjalan secara wajar. Peringatan pemerintah Indonesia kepada FB hendaknya menjadi pintu kritik kepada perusahaan raksasa itu.Â
Selama ini relasi perusahaan FB dan user adalah hubungan saling menguntungkan. Pengguna bisa membuka akun FB tanpa harus bayar.
Risikonya kita "menyerahkan" sebagian identitas, perilaku, pandangan dan habit kita kepada perusahaan itu. Pemilik FB kemudian menggunakan platform interaksi di dunia maya itu sebagai jalan untuk mendapatkan profit dan membangun pengaruh.
Toh demikian, meski FB bisa menguasai data-data penting milik pengguna, tak semerta-merta FB bisa memanfaatkannya untuk kepentingan dirinya maupun pihak ketiga. Dalam bisnis, kita mengenal etika bisnis. Ada hal-hal tertentu yang bersifat privat yang tidak bisa digunakan seenaknya tanpa seizin si empunya....
So, apa yang perlu dikhawatirkan terhadap penutupan FB? Ah, gak ada tuh....
Solo, 12 April 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H