Mohon tunggu...
Sholahuddin
Sholahuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Pekerja Media

Laki-laki pencari Tuhan. Lahir di Boyolali, Jateng. Bekerja di sebuah penerbitan pers di Solo.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Andai Indonesia Tanpa Facebook

12 April 2018   12:02 Diperbarui: 17 April 2018   11:07 3993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah Indonesia selangkah lagi bisa memblokir akses facebook (FB) di Indonesia. Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) telah melayangkan Surat Peringatan (SP II) kepada FB berkaitan skandal pencurian data oleh konsultan politik Cambridge Analytica yang berbasis di London, Inggris.

Surat yang dilayangkan Kominfo berisi Pemerintah Indonesia meminta perusahaan media sosial terbesar di dunia ini menyerahkan hasil audit atas skandal  untuk pemenangan pemilihan presiden di Amerika. Namun, hingga Selasa (10/4), pihak FB belum menyerahkan hasil audit dimaksud.

Kemudian pemerintah akan melayangkan SP III dalam waktu dekat. Apabila kembali tidak ada tanggapan,  maka pemerintah bisa memblokir sementara akses FB di Indonesia. Tidak tertutup kemungkinan pula memblokir akses FB selamanya. Apalagi ada isu data pribadi sekitar 1 juta pengguna FB di Indonesia bocor ke pihak ketiga.

Sebagai pengguna, saya masih menunggu respon FB serta ketegasan pemerintah dalam menegakkan Peraturan Menteri No. 20/20/2016 tentang jaminan keamanan data pribadi di setiap aplikasi yang digunakan di Indonesia.  Beranikah pemerintah tegas menegakkan aturannya sendiri? Kita tunggu saja...

Andai saja FB benar-benar ditutup aksesnya di Indonesia, tentu akan memberikan pengaruh yang tidak sedikit bagi para pengguna FB di Indonesia. Bagaimanapun teknologi yang dipakai untuk kehidupan sehari-hari, menjadi bagian hidup untuk berbagai kepentingan, bila tiba-tiba teknologi itu tidak ada, para pengguna akan merasakan sesuatu yang hilang. Selama ini FB tidak semata-mata platformuntuk membangun interaksi sesama, saling sapa, menjalin pertemanan, maupun media untuk aktivitas bisnis. FB juga sudah menjadi entitas politik penting, menuangkan ekspresi politik, sebagai media penyebar kabar hoaks dan bahkan tempat penyemaian paham-paham radikal.  

Lebih Adem

Bagi pengguna yang memanfaatkan FB sebagai media pertemanan, tutupnya akses FB mereka akan merasakan hal yang berbeda. Selama ini FB menjadi ruang untuk menunjukkan siapa sebenarnya diri kita.  

Saya pernah menulis sebuah artikel di koran Solopos, harian yang terbit di Solo, bahwa sesungguhnya media sosial (termasuk FB) adalah "panggung" untuk membangun kesan diri atas orang lain. Entah untuk memamerkan kesan kaya, pinter, salih, santun, dan kesan-kesan lainnya. Mereka akan melakukan aktivitas di FB untuk menunjukkan kesan yang diinginkan itu. Meskipun dalam kehidupan nyata, mereka tak seperti kehidupan yang dipanggungkan itu.

Sangat mungkin mereka akan pindah ke platform sejenis, Instagram (IG) misalnya, sebagai ruang baru untuk eksistensi diri. Toh antara FB dan IG secara fungsional tidak jauh berbeda, meski ada beda karakter antarkeduanya. Tanpa FB, mereka tetap bisa menyalurkan "syahwat"  untuk ngeksis di IG dan platformlainnya. Apalagi sekarang banyak pengguna FB yang juga pengguna IG. Klop sudah...

Secara atmosfer politik, bila FB tutup akan memberi dampak lebih adem. Sama-sama kita pahami, FB selama ini menjadi tempat paling nyaman bagi para petualang politik untuk berebut pengaruh. Di FB pula publik secara nyata terbelah ke dalam "kamar-kamar" sesuai preferensi politiknya setiap menjelang dan saat-saat momen politik penting berlangsung. 

Pemilihan Presiden  (Pilpres) pada 2019 pun auranya sudah kita rasakan di FB. Pertarungan antara kelompok "ganti presiden" maupun "presiden dua periode" nyata-nyata menyita perhatian publik. Bila FB tutup, para konsultan politik juga tidak bisa menggunakan data psikografi FB untuk kegiatan kampanye. Memanfaatkan data pribadi FB memang cara paling mudah untuk memetakan segmentasi politik guna menyusun materi kampanye yang efektif. Tinggal memainkan jari di smartphone dan layar komputer, konsultan politik bisa mengharu biru jutaan orang di dunia maya, link-linknya bisa berseliweran di grup-grup percakapan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun