Mohon tunggu...
Syabar Suwardiman
Syabar Suwardiman Mohon Tunggu... Guru - Bekerjalah dengan sepenuh hatimu

Saya Guru di BBS, lulusan Antrop UNPAD tinggal di Bogor. Mari berbagi pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pak Guru Bisakah Kita Menggugat Komnas PA?

4 September 2020   03:30 Diperbarui: 4 September 2020   03:33 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aing rek dahar heula anjing” (Saya mau makan dulu bro, bukan berarti saya mau makan dulu anjing).  “Anjing dahareunna ngeunah pisan” (Wow makanannya enak sekali).  

Sebagai guru saya sedih mendengar kata-kata kasar, tapi saya tidak bisa melarang mereka, kecuali jika terdengar ada anak didik saya yang mengucapkan kata-kata kasar.  Mengingatkan mereka untuk berkata baik.  

Secara sosiolinguistik akan terus terjadi pergeseran makna, dan tak terlepas dari budaya pembentuknya.  Dalam kajian Antropologi Linguistik fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi, selama komunikasinya nyambung dan kontekstual, ia adalah bagian dari budaya itu sendiri.  Apakah kata anjing akan dihilangkan, maka turunannya, anjir, anjrit, anjay otomatis akan hilang.  

Seandainya kata anjrit juga dilarang maka humor tentang anjing akan hilang.  Contoh anjing kakinya ada berapa? Serentak jawabnya empat.  Kalau anjrit? Bingung semua. Padahal jawabnya gampang emprat. Tertawa.  Begitulah dibalik umpatan ada kreativitas lain tergantung pada konteks berbahasa.

Lima Kerugian akan Kita Alami jika Membesar-besarkan Masalah

Pertama, kita tidak akan menemukan inti masalah dan solusi terbaiknya. Akar utama perundungan bukan hanya kata anjay.  Perundungan terkait budaya, pola asuh, strata ekonomi, warna kulit dan hal-hal lainnya.  Seandainya menghilangkan kata anjay itu ibarat hanya memetik satu helai daun, sementara akarnya tidak kita cabut.

Kedua, masalah akan semakin melebar ke mana-mana, orang yang terlibat semakin banyak, lihat keragaman di twitter.  Bukannya masalah selesai malah ada yang membuat video tantangan untuk mengucapkan kata anjay dalam durasi waktu tertentu.  Masalah yang tadinya hanya di lingkungan tertentu, setidaknya sudah melibatkan hingga 225 ribu orang. Anjay tambah ruwet.

Ketiga, membesar-besarkan masalah sama dengan menambah masalah, terbukti bukannya menyelesaikan masalah malah menambah masalah. Bangsa ini sedang menghadapi musuh besar bersama yaitu wabah corona,  energinya menjadi terpecah dengan hal yang sangat remeh-temeh.

Keempat, orang akan menghindari kita atau tidak mau berurusan dengan kita.  Pada akhirnya dalam hubungan sosial cara paling aman adalah menghindari kita.

Kelima, produktivitas dan kreativitas akan terhenti atau berkurang,  gampangnya bukankah kata anjay adalah bentuk kreativitas untuk menghindari bentuk kasarnya?  

Rasanya produktivitas dan energi kita belakangan ini sering terkuras oleh hil-hil yang mustahal (perkataan lejen dari Asmuni Srimulat).  Bagi yang dalam benaknya terpengaruh teori konspirasi bisa saja bilang ini adalah pengalihan isu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun