You put your life on the line, no one really appreciates you enough for it. Being a hero isn't what it's cracked up to be anymore.
Luis Sera from the video game Resident Evil 4
Seorang pahlawan sejati adalah seorang yang rela mengorbankan dirinya sendiri demi kemashalatan para penakut.
Tiap tanggal 17 agustus kita sering merayakan apa yang kita sebut sebagai hari kemerdekaan, hari dimana kita memperoleh kebebasan dari penjajahan dan penindasan.
Pada tanggal tersebutlah kita selalu Diingatkan akan momen puncak perjuangan heroic dari para individu-individu pemberani yang memperjuangkan ideologi kemerdekaan.
Pahlawan, pada momen itu sosok ini akan kita ingat pada tokoh-tokoh pejuang seperti, Jenderal sudirman, Muh. Hatta, Soekarno, Muhammad Roem, Pangeran Diponegoro, R.Ajeng Kartini Serta banyak tokoh yang kita sulit untuk melafalkan namanya bahkan tidak diketahui tempat peristirahatannya saat ini.
Soekarno
Atas jasa merekalah, saat ini kita sebagai bangsa yang kita sebut merdeka dari penguasaan kolonialisme dan imperalisme klasik. Dengan penuh perjuangan mereka rela mengorbankan harta, meninggalkan sanak saudara, istri dan anak tercinta bahwa jiwa mereka sampai hirupan nafas terakhir kehidupan demi memperjuangkan apa yang saat ini kita nikmati dan sebut sebagai kemerdekaan.
Namun apakah kita merumuskan kata pahlawan hanya dari sudut pandang politik-nasionalisme, sangat sempit rasanya jika kita bertolak dari sudut pandang yang demikian
Apakah tokoh-tokoh seperti Muhammad SAW, Imam Al-Ghazali, Nelson Mandela, MalcomX, Mother Theresa, Khalil Gibran, Veronica Guerin, Mahatma Gandhi tak layak dikatakan sebagai seorang pahlawan. Seorang pribadi pemberani yang berjuang di ranah perjuangannya, membebaskan jutaan manusia dari keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan, kebiadaban, seorang manusia biasa yang berani memposisikan diri secara extreme memperjuangkan kebenaran saat banyak dari orang lain mencibir tindakan mereka dan bersembunyi dibalik jubah kepengecutan.
Mother Theresa
Jika kita kembali kepada tokoh nasional, apakah para penyebar agama Islam seperti Syekh Datuk Kahfi, Syekh Jumadil Qubro, Syarif Hidayatullah, Maulana Malik Ibrahim dan ulama2 lain termasuk para Habaib2 tak layak mereka disebut sebagai para pahlawan ? yang berjuang membebaskan rakyat lemah dari kepentingan otorisasi pihak borjuis zaman klasik dg bertopeng akan ajaran agama, memperlakukan masyarakat golongan tak berdaya dalam piramida kasta dan status sosial agama.
Syeikh Hisyam dan Sby
Tokoh yang dengan ikhlas tanpa keinginan menguasai dan ketamakan akan misi ekonomi dan kejayaan, mengajarkan etika dan pengetahuan kepada masyarakat yang awalnya tak mengenal arti keterbelakangan. Hingga menjadi negara beradab dan bermartabat seperti saat ini.
Saya masih ingat tayangan di TVone, di salah satu daerah di papua dimana karena keterbelakangan keadilan hanya dapat diperoleh dalam bentuk kekerasan yang akhirnya bukan menghasilkan bentuk penyelesaian malah tambahan korban dan anarkisme bukan dalam bentuk sistem keputusan yang terintegrasi seperti yang diajarkan dalam ajaran islam, tak ada kata yang tepat selain kata syukur, karena atas jasa merekalah kita diajarkan tentang konsep keadilan, konsep kemanusiaan, konsep pendidikan, konsep persatuan, kebudayaan yang berlandaskan etika dibalik ajaran Islam yang mereka bawa dan sebarkan.
Syeikh Akhmad Yasin
Sebuah perjuangan penuh keberanian, ketulusan, kesungguhan akan hilang jika hanya diliterasikan dalam catatan sejarah, sebuah bukti otentik akan mengingatkan kita generasi pembangun bangsa ini untuk dapat mengingat dan mengambil semangat perjuangan para pahlawan-pahlawan pemberani di masa terdahulu.
Bukti otentik, benar… bukti yang tidak hanya mejadi rekaman simbolis, tapi bukti otentik adalah sebuah peninggalan yang “berbicara” kepada kita akan perjuangan dan pengorbanan mereka adalah sebuah kenyataan, sebuah renungan akan realitas dalam kerasnya semangat perjuangan ditengah ancaman keputus-asaan.
Salah satu bukti otentik adalah makam, para waliAllah tersebut, Makam mereka takkan terhapus oleh pencitraan politik, rekaryasa sejarah, dan manipulasi masa lalu.
Makam mereka adalah kenyataan, sebuah bukti nyata akan perjuangan kemanusiaan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Namun, sekarang apakah yang terjadi, aneh……..
Banyak dari golongan bangsa ini yang menghina para pemuji dan pemetik hikmah penziarah makam
Banyak golongan yang memancing permusuhan dengan ocehan bid’ah dan kesesatan bagi anak bangsa ini yang mencoba menghargai dan mengambil mutiara pelajaran dari keikhlasan perjuangan para waliAllah tersebut…
Dan lebih yang lebih menyedihkan lagi…..
Bangsa ini terindikasi akan semakin biadab, saat para pemegang otoritas pemerintahan mulai menghapuskan pahlawan-pahlawan ini dari lembaran catatan sejarah…..mereka mencoba menghilangkan bukti otentik ini dengan meratakan tempat peristirahatan para leluhur ini dengan beringasnya atas nama “kesejahteraan rakyat dan ekonomi”…….
Membunuh para anak jalanan yang tak berkemampuan terbiasa lebih senang mengadu kepada kebisuan penuh makna dari makam para waliAllah untuk memperoleh kedamaian dibandingkan mengadu di lembaga2 pendidikan borjuis dan para wakil berperut buncit duduk santai namun tuli di kursi empuk dan nyaman…………..
Menendang, menginjak-injak kepala para masyarakat lemah yang mencoba menjadi golongan yang menghormati dan menghargai jasa-jasa para leluhur saat para borjuis sibuk dengan aktivitas menghitung anggaran yang bisa mereka hisap dari negara ini….
…bahkan seorang simpatisan pemerintah berkomentar dalam tulisannya saat melihat terbakarnya mobil satpol PP : “ Dimana logika para pejuang anarkis, itu aset negara, duit rakyat ?”
Saya ingin sekali menanggapi komentar tersebut, aset negara ? bagaimana dengan aset negara yang semakin hari semakin dilacurkan oleh pemerintah ini demi menambah aset mereka pribadi….. bagaimana dengan Freeport, exploitasi Exxon mobile, Privatisasi exploitasi batubara di Kalimantan, exploitasi perkebunan di negara ini oleh George Soros dan kawan2nya para spekulan lintah penghisap di asia…….
Seorang sahabat yang terlampau emosional bahkan sempat mengatakan…..
…Negara ini sepertinya akan bernasib seperti Pompeii berikutnya…..Saat melihat penyiksaan yang dilakukan, Astagfirullah, saya sempat mengucapkan Amien… atas harapan tsb.
Namun, setelah saya sadari dan renungkan hati saya bermohon agar hal tersebut tidaklah terjadi……
Hanya harapan yang bisa kita tematkan di hati…..Semoga semakin banyak dari kami yang menghargai jasa para pahlawan, ulama dan para habaibnya….. Amin……
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya bukan hanya jasa-jasanya saja…….
Kau....Mati....!!!
dan ingatlah kawan kau juga nantinya akan dimakamkan....
اَللــّٰـهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍوَعَلَىآلِ مُحَمَّدٍ
Wallahualam Bishawab
Mohon maaf lahir dan bathin....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI