Mohon tunggu...
Guruh Nusantara
Guruh Nusantara Mohon Tunggu... -

never ending .. zero. from emptyness 'zero' , to become the beginning of the universe 'zero'.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Roman dan Impian Sang Rokok (G)

17 Februari 2010   08:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:53 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari ini 'aku' terbangun menjadi sebatang rokok dan menjadi 'sebatang' rokok di akhir hari.

Sebatang rokok yang panjang, sepanjang 'batang' garis hidupku.

Sebatang rokok yang penuh banyak hal yang bisa dihisap.

Kegembiraan, kesedihan, kekosongan, ketakutan, bahkan kemarahan.

Setiap hisapan akan membuat nyala pada ujung-ku.
Setiap asap yang dikeluarkan diselingi tawa, tangis, batuk para perokok-ku
Aku mengisi hidupku dengan mendapatkan 'nyala' semangat dari mereka yang 'menghisapku'

Adalah sang asbak yang senantiasa menemaniku, setia mendengar setiap abu-abu yang jatuh setelah 'nyala'-ku

Sungguh kesetiaan dari sang asbak menyentuh-ku.
Sungguh tanpa keluhan dia menahan 'nyala'-ku, terlepas itu tawa, tangis bahkan amarah.

Hari-hari yang makin memendekkan 'aku', selalu berusaha terisi oleh 'nyala' yang akhirnya membuat aku 'bosan' dan melakukan perenungan yang dalam.

Adalah satu dari sekian perokok yang membuat aku jatuh 'sayang' padanya.
Memang tawanya, sedihnya, atau amarahnya bahkan diamnya pun membuat aku 'hidup' dan 'menyala' lewat setiap hisapannya.

Tapi setiap batuknya, setiap nafas beratnya, membuat aku sadar bahwa 'keberadaanku' bukanlah 'bahagia' baginya. Hanya 'candu', hanya 'racun'.

Tidak pernah sedih 'aku' ketika 'dia' hanya menghisap-ku 'seperlunya' karena memang itu lah 'fungsi'-ku, hanya sebatang rokok bagi-nya.

Tapi.

Kali ini 'aku' benar-benar sedih. Kalau memang 'aku' akhirnya hanya menjadi 'candu' bagi-nya, maka aku mestinya rela, dan harus rela ! 'melepas'-nya dari-ku. Meski itu berarti aku kehilangan 'nyala' terbesar dari-nya.

Dan jadilah aku rokok yang 'pahit'.

Seiring waktu kesedihan ini makin menjadi hingga aku memutuskan sebuah keputusan besar lainnya.

Dan jadilah aku rokok yang lebih 'pahit' lagi bagi SEMUA PEROKOK.

Hingga inilah 'aku' tinggal berdua dengan sang asbak, yang masih menemaniku dengan setia, meski tanpa nyala, meski tanpa hangat sulut bara, hanya abu kotor yang bau dan kian menjadi daki.

Aku benar-benar rokok yang tidak pantas menjadi rokok.

Karena sekarang 'aku' merasa tidak pantas jatuh 'cinta' dengan sang asbak.
Karena sekarang 'aku' merasa tidak layak mendapatkan 'kesetiaan' sang asbak.
Karena sekarang 'aku' merasa tidak berhak mengotori 'kesucian' tubuh sang asbak.

Rokok apa aku ini.
Rokok yang tidak berguna 'satu'pun hal di dunia ini.
Rokok yang berusaha menjadi 'malaikatnya' kehidupan.

Dan jadilah aku sekarang sebatang rokok, yang tak lagi bisa dibilang sebatang. mungkin lebih bisa dibilang 'sepuntung'.

Sendiri, sepi, ditemani udara bersih dan alam menakjubkan ini, dan 'aku' yang makin terpuruk karena merasa 'menjadi' sampah.

Di akhir hari ini, sang rokok ini berdoa pada-MU ya Tuhan. Segeralah kirim sang pemulung untuk-ku.

Kiranya disana ada 'cinta' yang bisa bebas kuberikan dari-ku.
Kiranya disana ada sesuap nasi dari keberadaan-ku.

....
....
....

Hari ini 'aku' terbangun menjadi sebatang rokok dan menjadi 'sebatang' rokok di akhir hari.
Dan masih terus bermimpi dan yakin !

Bahwa 'aku' dengan segala hina-ku masih bisa layak berjuang untuk 'surga'-mu.

salam, gemuruhsepi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun