Tapi.
Kali ini 'aku' benar-benar sedih. Kalau memang 'aku' akhirnya hanya menjadi 'candu' bagi-nya, maka aku mestinya rela, dan harus rela ! 'melepas'-nya dari-ku. Meski itu berarti aku kehilangan 'nyala' terbesar dari-nya.
Dan jadilah aku rokok yang 'pahit'.
Seiring waktu kesedihan ini makin menjadi hingga aku memutuskan sebuah keputusan besar lainnya.
Dan jadilah aku rokok yang lebih 'pahit' lagi bagi SEMUA PEROKOK.
Hingga inilah 'aku' tinggal berdua dengan sang asbak, yang masih menemaniku dengan setia, meski tanpa nyala, meski tanpa hangat sulut bara, hanya abu kotor yang bau dan kian menjadi daki.
Aku benar-benar rokok yang tidak pantas menjadi rokok.
Karena sekarang 'aku' merasa tidak pantas jatuh 'cinta' dengan sang asbak.
Karena sekarang 'aku' merasa tidak layak mendapatkan 'kesetiaan' sang asbak.
Karena sekarang 'aku' merasa tidak berhak mengotori 'kesucian' tubuh sang asbak.
Rokok apa aku ini.
Rokok yang tidak berguna 'satu'pun hal di dunia ini.
Rokok yang berusaha menjadi 'malaikatnya' kehidupan.
Dan jadilah aku sekarang sebatang rokok, yang tak lagi bisa dibilang sebatang. mungkin lebih bisa dibilang 'sepuntung'.
Sendiri, sepi, ditemani udara bersih dan alam menakjubkan ini, dan 'aku' yang makin terpuruk karena merasa 'menjadi' sampah.