Mohon tunggu...
Guritno Priyo Utomo
Guritno Priyo Utomo Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Mahasiswa yang mencoba belajar menjadi seorang penulis

Seorang Mahasiswa yang mencoba belajar menjadi seorang penulis dan mencoba hal baru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Seluk Beluk di Balik Ondel-ondel Jalanan

17 Juni 2020   11:27 Diperbarui: 18 Juni 2020   14:26 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengenai penggunaan ondel-ondel sebagai sarana mengamen bang Andi memiliki dua pendapat yaitu positif dan negative, dari sisi negatifnya adanya pengamen ondel-ondel jalanan merupakan hal yang dapat mengganggu dan meresahkan bagi orang-orang disekitarnya dan juga dapat membahayakan pengamen itu sendiri saat dijalan raya. 

Untuk sisi positifnya hal itu seharusnya bisa dijadikan peluang oleh pemerintah setempat untuk bisa melestarikan budaya ondel-ondel dengan memberikan panggung agar ondel-ondel dapat dikemas dengan lebih baik.

Menurut bang Andi para pengamen ondel-ondel itu tidak memiliki hubungan dan kerjasama dengan pihak-pihak tertentu atau lembaga-lembaga tertentu, mereka murni melakukan itu demi kebutuhan pribadi (tuntutan perut). 

Bang Andi mengharapkan penggunaan ondel-ondel saat ini dapat dibina lebih baik oleh pihak yang berwenang agar citra ondel-ondel tidak rusak akibat dijadikan objek mengamen. 

Bang Andi berkata jika sebenarnya regulasi mengenai pelarangan ondel-ondel jalanan sudah pernah diajukan, akan tetapi pada faktanya dilapangan pengamen ondel-ondel tidak pernah bisa dihilangkan karena memang selalu saja faktor ekonomi yang menjadi alasan.  

Dari sisi ini bang Andi tidak setuju dengan adanya pengamen ondel-ondel jalanan karena hal tersebut malah menjatuhkan nilai budaya betawi dan merusak pasar bagi para seniman betawi yang sudah memiliki sanggar dan resmi. Akan tetapi bang Andi juga berharap jika bisa pemerintah membuatkan wadah untuk setiap sanggar yang memiliki ondel-ondel untuk dilombakan. 

Selain menjelaskan mengenai keresahan dan pandangannya terhadap pengamen ondel-ondel bang Andi juga menjelaskan mengenai makna berbudaya, menurut bang Andi berbudaya bisa dimulai dari lingkungan paling kecil seperti dirumah, dan harus ditanamkan kepada anak anak agar tidak menghilangkan ciri khas Negara kita.

Setelah melakukan wawancara dengan bang Andi kami mencoba memperjelas penelusuran kami dengan mewawancarai beberapa narasumber serupa.

Salah satunya adalah mpok Linda yang merupakan keturunan dari pemilik sanggar Keluarga Ucup Nirin (bang Ocid) dan mendapatkan beberapa jawaban.

Mpok Linda menyatakan bahwa ondel-ondel merupakan maskot betawi, tetapi semakin kesini semakin banyak orang yang tidak mengerti arti dari ondel-ondel tersebut. 

Ia merasa bahwa sekarang ondel-ondel yang sering turun kejalan itu merupakan seniman yang ingin mencari nafkah, hal tersebut dikarenakan saat ini sudah jarang orang yang memakai ondel-ondel untuk acara-acara tertentu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun