"Menurut kalian, apa gunanya belajar sejarah?", tanya saya kepada mereka. Mereka menjawab agar kita mengetahui sejarah perjuangan pahlawan masa lampau dan agar kita mengetahui bagimana Indonesia terbentuk di masa lalu.
"Bagaimana kalau kalian belajar sejarah bola? Kalian kan pecinta bola, bagaimana sejarah sepak bola dan perkembangannya? Bagaimana cerita Piala Dunia?. Apakah kalian tau cerita tentang Pele, Maradona, Ruud Gullit, Van  Basten, Lothar Matteus, Patrik Kluivert, Dennis Berkamp, Djorkaef, Zidan Zidane, Ronaldo, Ronaldinho, Ronaldo jagoan Portugal dan Neymar?", tanya saya kepada mereka.
"Ketika kita mengingat piala dunia dan nama-nama pemain bola kan belajar sejarah juga. Belajar sejarah bola juga kan. Asyik kan jika kalian belajar sejarah bagimana awal cerita sepak bola?"
Mereka mulai tertarik dengan sejarah bola karena mereka berdua pemain bola.
"Apakah kalian pernah belajar sejarah sekolah kalian? Berdiri tahun berapa dan siapa yang mendirikan dan bagimana proses pendiriannya? Jika kalian mengetahui sejarah sekolah kalian apakah menarik? Bagimana dengan sejarah nenek moyang kita? Bagaimana dengan sejarah marga-marga dan cerita nenek moyang kita? Apakah tidak menarik untuk dipelajari? ", tanya saya lagi.
Jadi dapat disimpulkan dari kisah di atas, bahwa belajar sejarah tidak identik dengan belajar penjajahan Belanda, Kerajaan Majapahit, Singosari, dan lainya sebagainya. Kita bisa belajar sejarah tentang makanan, kendaraan, gereja, kursi, dan semua aspek hidup kita lalu dikaitkan dengan kehidupan kita sehari-hari. Atau bisa juga, sejarah perumahan di mana kita tinggal, sejarah ayah dan ibu merantau atau bagaimana sejarah gula, kopi, teh, dan  pertanian. Semua sejarahnya menarik untuk kita pelajri kan?. Iya, kata mereka mengangguk.Â
Jika kita senang belajar sejarah maka kita belajar prosesnya. Jika kita mengetahui prosesnya maka secara otomatis merangsang ide dan gagasan kita untuk membuat sesuatu yang baru. Informasi sejarah yang kita gali membuat kita tidak melakukan kesalahan yang sama. Â
Contoh. Ketika Covid19 datang, kit abaca baca di media bahwa bahan baku  obat farmasi kita 95 % bahan baku dari luar negeri.  Jika kita ingin membuat bahan baku obat dari dalam negeri maka harus dipelajari mengapa terjadi demikian. Apakah karena pedagang impor lebih berkuasa dengan para peneliti dalam negeri? Bagaimana sejarahnya?. Sejarah itulah jawaban agar tidak terulang lagi.
Belum lama ini ada isu yang mebahas tentang pelaran sejarah dihapus.  Diduga bocor informasi itu maka langsung para sejarawan bereaksi.  Konon, reaksi masyarakat mengurungkan niat  agar ilmu sejarah tetap dipertahankan.Â
Sejatinya Ilmu sejarah tidak ditiadakan tetapi harus diperkuat. Seorang teman bertanya, apa urgensi ilmu sejarah bagi anak kejuruan?. Kejuruan apa?
Kejuruan dibidang pembukuan misalnya, sangat urgen karena  harus belajar sejarah pembukuan, sejarah ekonomi, sejarah paradigm ekonomi dan berbagai sejarah yang terkait dengan pembukuan.Â