Jika kita mau memanfaatkan Covid 19 sebagai momentum pemebelajaran dan tidak terulan lagi kekeliruan kita selama ini  yang pasrah dengan mekanisme pasar maka  kebijakan yang harus dilakukan adalah memperkuat  atau memprioritaskan pertanian, perikanan dan peternakan. Tentu saja tidak mengabaikan kedaulatan energi dan kesehatan masyarakat kita.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menegah (UKM) dalam menyikapi Covid 19 misalanya hanya fokus kepada bidang jasa seperti advertising, driver online, fotographi dan videography, event orgainizer, service electronic. Kuliner, kerajinan tangan, fashion batik, Â aksesoris sepatu, tas, otomotif, pertanian (teh), konstruksi, pariwisata, tempat senam, digital printing, usaha berlian, driver online.
Kita tidak tahu kapan Covid 19 berakhir, maka prioritas  dana yang dimiliki pemerintah sejatinya bidang produksi pertanian, perikanan, dan peternakan.  Selama ini petani, peternakan, perikanan diabaikan.  Padahal, seorang petani sangat membutuhkan modal kerja seperti alat atau teknologi pertanian, benih yang unggul, pupuk dan alat teknologi panen. Petani sejatinya masuk dalam kategori Usaha kecil karena memiliki modal usaha.Â
Petani  sangat membutuhkan modal kerja agar hasil pertaniannya bias menyelamatkan kita dari ancaman kelaparan.  Dunia perikanan seperti nelayan dan budidaya juga membutuhkan modal kerja yang sangat mendesak. Nelayan membutuhkan modal kerja alat tangkap, perahu, cold storage, bahan bakar, dan biaya distribusi hasil tangkapan.Â
Budi Daya Perikanan juga terabaikan selama ini. Budi Daya Perikanan membutuhkan biaya membeli benih, pakan dan biaya panen. Â Demikian juga peternakan sangat membutuhkan modal kerja. Â Jika produksi pertanian kita terus meningkat, produksi ternak kita meningkat, kebutuhan ikan kita dari hasil tangkapan dan budidaya meningkat maka kebutuhan dasar kita terpenuhi.
Negeri ini tidak akan pernah terancam kelaparan  jika kita memahamai langkah apa yang menjadi prioritas kita. Selama ini, kita terjebak dengan pertumbuhan ekonomi dengan angka persentase dengan mengabaikan jika ancaman pandemic Covid 19. Andaikan selama ini kita menyiasati ancaman pemanasan global, ketika Covid 19 datang, maka sejatinya kita tidak berarti apa-apa.Â
Covid 19 membuka kotak Pandora bahwa kita tidak mempersiapkan diri untuk ancaman pemanasan global. Kita fokus  dan bangga akan pertumbuhan ekonomi yang pundasinya tidak kuat kepada ancaman global seperti pandemic Covid 19.  Covid 19 menjadi cambuk bagi kita untuk menyiapkan diri untuk ketahanan pangan dengan memperkuat petani, peternak, perikanan local.
Kini kita masuk ke kondisi baru yang disebut new normal  (normal) yaitu kondisi pemulihan setelah beberapa waktu di rumah saja (stay at home).  Kondisi ini kita lakukan sekaligus kita belajar untuk menyiasati ancaman pemanasan global (global warming). Berharap,  semua kita sadar agar bumi terpelihara dengan baik. Bumi akan baik-baik saja jika kita sadar bahwa kita hidup di bumi yang sama. Covid 19 telah mendidik kita untu sadar menyiasati  pemanasan global (global warning).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H