Mohon tunggu...
Gura Malem
Gura Malem Mohon Tunggu... -

petani

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Contoh Pantun Melayu

30 Oktober 2011   12:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:17 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pantun adalah genre sastra tradisional yang paling dinamis, karena dapat digunakan pada situasi apapun. Sebagaimana dikatakan bahwa:
“Di mana orang berkampung disana pantun bersambung. Di mana ada nikah kawin disana pantun dijalin. Di mana orang berunding di sana pantun bergandeng. Dimana orang bermufakat di sana pantun diangkat. Di mana ada adat dibilang, di sana pantun diulang. Di mana adat di bahas di sana pantun dilepas”.

Anak punai anak merbah

Hinggap ditonggak mencari sarang

Anak sungai lagikan berubah

Inikan pula hati orang


Apa guna pasang pelita

Jika tidak dengan sumbunya

Apa guna bermain kata

Kalau tidak dengan sungguhnya


Buah kuini jatuh tercampak

Jatuh menimpa bunga selasih

Biar bertahun dilambung ombak

Tidak ku lupa pada yang kasih


Kajang tuan kajang berlipat

Kajang hamba mengkuang layu

Dagang tuan dagang bertempat

Dagang hamba terbuang lalu


Buah jambu disangka kandis

Kandis ada di dalam cawan

Gula madu disangka manis

manis lagi senyuman tuan


Dari Arab turun ke Aceh

Naik ke Jawa berkebun serai

Apa diharap pada yang kasih

Badan dan nyawa lagi bercerai


Bunga Melati terapung-apung

Bunga rampai di dalam puan

Rindu hati tidak tertanggung

Bilakah dapat berjumpa tuan


Burung Merak terbang ke laut

Sampai ke laut mengangkut sarang

Sedangkan bah kapal tak hanyut

Inikan pula kemarau panjang


Bunga Melur kembang sekaki

Mari dibungkus dengan kertas

Di dalam telur lagi dinanti

Inikan pula sudah menetas


Dalam perlak ada kebun

Dalam kebun ada tanaman

Dalam gelak ada pantun

Dalam pantun ada mainan


Dari Jawa ke Bengkahulu

Membeli keris di Inderagiri

Kawan ketawa ramai selalu

Kawan menangis seorang diri


Dari teluk pergi pangkalan

Bermain di bawah pohon kepayang

Saya umpama habuk di papan

Ditiup angin terbang melayang


Daun selalsih di Teluk Dalam

Batang kapas Lubuk Tempurung

Saya umpama si burung balam

Mata terlepas badan terkurung


Orang Melayu naik perahu

Sedang berdayung hujan gerimis

Hancur hatiku abang tak tahu

Mulut tertawa hati menangis


Orang tani mengambil nipah

Hendak dibawa ke Indragiri

Seluruh alam ku cari sudah

Belum bersua pilihan hati


Pasir putih di pinggir kali

Pekan menyabung ayam berlaga

Kasih tak boleh dijual beli

Bukannya benda buat berniaga


Ribu-ribu pokok mengkudu

Cincin permata jatuh ke ruang

Kalau rindu sebut namaku

Airmata mu jangan dibuang


Kalau roboh kota Melaka

Sayang selasih di dalam puan

Kalau sungguh bagai dikata

Rasa nak mati di pangkuan tuan


Limau purut lebat di pangkal

Batang mengkudu condong uratnya

Hujan ribut dapat ditangkal

Hati yang rindu apa ubatnya


Kalau menyanyi perlahan-lahan

Dibawa angin terdengar jauh

Rindu di hati tidak tertahan

Di dalam air badan berpeluh


Ku sangka nanas atas permatang

Rupanya durian tajam berduri

Ku sangka panas hingga ke petang

Rupanya hujan di tengahari



Kayuh perahu sampai seberang

Singgah bermalam di kampung hulu

Bukan tak tahu dunia sekarang

Gaharu dibakar kemenyan berbau


lembing atas tangga

perisai atas busut

kening atas mata

misai atas mulut

anak ikan dipanggang sahaja

hendak dipindang tidak berkunyit

anak orang dipandang sahaja

hendak dipinang tiada berduit


saya tak hendak berlesung pauh

lesung pauh membuang padi

saya tak hendak bersahabat jauh

sahabat jauh merisau hati
Sumber : http://konsultasisawit.blogspot.com/2011/10/contoh-pantun-melayu-klasik.html

Kalau teman - teman punya pantun silahkan isi di kolom komentar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun