Tatkala nurani tergadai kepentingan sampai buta, maka mungkin di jalanan tempatnya kami membuka katarak mata hati yang tertutup.
Saat kalbu tersandera konspirasi lalu tuli, relakan bila di jalanan kami meneriakkan suara ke gendang telinga yang terkatup.
Kalau kebijakan tak lagi bisa membela kebenaran di gedung-gedung ber-AC, biarkan di jalanan kami berjuang di bawah panasnya terik matahari.
Jika kekerasan adalah tontonan atas semua tuntutan, izinkan di jalanan kami mencari kelembutan atas ratusan pertanyaan yang enggan terjawab.
Apabila tirani menjadi cara memperlakukan pertiwi, restui di jalanan kami merawat dan menyembuhkan ibu yang terluka.
Sebab, hanya di jalanan kami merasa berarti dan ada. Mungkin bukan untuk didengar dan dilihat, tapi sekedar memberi bukti pada kalian bahwa nurani masih ada di dada dan jantung kami.
Sinjai, 12 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H