Mohon tunggu...
Guntur Gozali
Guntur Gozali Mohon Tunggu... -

Blog more, share more...\r\nSemoga ada tulisan saya yang memberi inspirasi ke pembaca yg budiman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mereka Selalu Memikirkan yang Terbaik

3 Oktober 2012   05:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:19 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tulisan ini adalah merupakan bagian kedua dari tulisan saya sebelumnya yang berjudul They are not your investment.

Kalau pada bagian pertama saya tujukan buat sesama ortu, maka pada bagian kedua ini saya tujukan khusus bagi anak2/adik2, yang mungkin pernah mengalami perdebatan, perselisihan atau bahkan keributan dengan ortu kalian.

Saya mencoba membagikan pengalaman atas beberapa prinsip dasar dalam kaitan hubungan ortu dengan anak yang mungkin belum kalian mengerti, hingga nanti suatu ketika kalian sudah memiliki keluarga dan anak2 sendiri.

Pada saat ini mungkin sulit bagi kalian memahami kok ortu saya cerewet banget, kok tidak percayaan banget, kok kuno banget, kok nanyaaaa melulu, kok… kok … dan kok lainnya.

Saya tidak bermaksud membela para ortu yang menurut kalian mungkin menjengkelkan, kuno dan serba curigaan itu, tetapi saya akan mencoba membahasnya secara logika. Karena saya yakin kalian semua adalah anak2 pinter yang bisa diajak berlogika :).

Prinsip dasar pertama adalah semua orang tua yang “waras” menginginkan yang terbaik buat putra putrinya. SEMUA, kecuali yang tidak waras. Saya perlu tekankan hal ini karena ada juga sih yang merupakan perkecualian, dan kita tidak sedang membahas hal itu.

Saya tidak pernah bertemu dengan orang tua yang tidak khawatir akan kesejahteraan anak2nya, yang cuek terhadap pendidikan anak2nya, yang tidak peduli dengan kesehatan anak2nya. Semua “mbingungi” jika anaknya sakit, tidak memperoleh nilai baik di sekolah, tidak dapat pacar, tidak dapat pekerjaan yang baik dlsb.

Pernahkah melihat atau mendengar ortu yang ingin menyekolahkan anaknya di sekolah yang jelek. Saya kira tidak, malah saya lebih banyak melihat ortu yang menyisihkan tabungan satu2nya untuk membayar biaya sekolah anak2nya.

Pernah tidak mengalami ortu kalian menyisihkan bagian paling enak dari makanan yang akan dimakannya bagi kalian, padahal kalian juga tahu ortu kalian suka bagian itu? Pernah tidak mengalami ortu kalian pontang panting mencarikan kebutuhan kalian melebihi kebutuhannya sendiri?

Mungkin kalian tidak sadar betapa berita yang menurut kalian tidak ada artinya seperti misalnya kalian telat makan, kehujanan, telat masuk kelas, lagi jalan sendirian, lagi males, lagi gak bisa konsentrasi belajar dll membuat dag dig dug hati ortu kalian.

Mungkin kalian berpikiran ortu kalian terlalu berlebihan, terlalu khawatiran, terlalu possessive, but that is all the parents do.

Sebaliknya, jika kalian mengabarkan test kalian bagus, tadi makan2 seru sama temen2, tadi dikasih project khusus oleh dosen/professor, tadi disenyumi cewek pujaannya, tadi cekakakan dengan teman sekamar dll maka hati ortu kalian juga ikut senang dan bberbunga-bunga sepertinya ortu kalian sendiri yang mengalami.

You will not understand how this could happen to your parents, until you are being a parent.

Semua ortu memikirkan hal yang terbaik bagi putra putri mereka, kenapa?

Karena tidak alasan untuk tidak, karena apa yang mereka perjuangkan selama hidup adalah untuk anak2nya, untuk orang yang disayanginya. Untuk apa mengumpulkan segala macam harta benda dan ketenaran kalau bukan untuk diwariskan.

Emangnya iseng? Masa kerja keras setengah mati mulai dari muda hingga tua, dari pagi hingga malam, dari sesen hingga semilyar, untuk dibagi-bagikan ke tetangga, untuk diwariskan ke kucing atau anjing piaraan???

Jikapun ortu kita tidak bisa/mampu mewariskan sesuatu yang berarti, mereka pasti tidak ingin kita melakukan sesuatu yang salah, yang mungkin pernah terjadi pada mereka.

Mereka tidak ingin kita salah langkah, mereka tidak ingin kita melakukan sesuatu yang nanti kita sesali. Mereka ingin yang terbaik bagi kita, MESKIPUN mungkin kadangkala cara tidak sesuai dengan jalan pikiran kita.

Namun mereka ingin yang terbaik bagi kita, percayalah mengenai hal ini.

Prinsip dasar kedua, seberapa tuapun umur kita, mereka akan tetap orang tua kita, DAN kita adalah anak2 mereka. Sekali lagi ANAK2 bagi mereka. Karena sejak kita dilahirkan, beda umur kita ke orang tua tidak pernah berubah meskipun nanti kita sudah beranak cucu. Betul tidak?

Sehingga apapun argumentasi kita, mereka MERASA lebih pintar, lebih benar, lebih bijaksana dlsb. Meskipun belum tentu benar, namun harus diakui memang sebagian besar benar, karena apa yang kita kemukakan kemungkinan besar telah mereka alami sebelumnya, sedangkan kita merasa ide/pendapat kita adalah hal yang luar biasa karena baru terpikirkan sekarang.

Meskipun misalnya ide kita memang ide original / baru, namun ortu kita mungkin melihat dari sudut pandang yang berbeda, dari sudut pandang yang penuh selidik / curiga, sehingga kerap tidak bisa ketemu titik tengahnya.

Selain itu jika ada “kekurang percayaan” ortu ke kita bukannya tanpa alasan lho. Mereka mengikuti perkembangan hidup kita mulai dari bayi hingga kita dewasa. Mereka mengetahui kelebihan dan kekurangan kita, kebaikan dan keburukan kita, setiap tarikan nafas kita. Mereka bisa menilai, meskipun belum tentu benar, seberapa bisa kita dipercaya.

Berbicara tentang kepercayaan, saya akan mencoba memberikan ilustrasi sebagai berikut: semisal adik2 mempunyai teman yang suka meminjam duit. Jika si teman pinjam uang lima ratus ribu rupiah, kemudian setelah dua minggu meminjam lagi sejuta rupiah, dan dua minggu kemudian meminjam lagi dua juta rupiah. Namun tiap kali pinjam tidak bisa menjelaskan kemana uang yang dia pinjam sebelumnya, apakah adik2 mau meminjamkan uang keempat kalinya?

Semisal pula teman yang sama setelah meminjam uang lima ratus ribu, dua minggu kemudian mengembalikan uang 600 ribu, kemudian meminjam sejuta mengembalikan 1500, dan selanjutnya meminjam 2 juta mengembalikan 3 juta rupiah. Apakah adik2 mau meminjamkan uang ketika dia meminjam keempat kalinya?

Saya rasa bukan hanya bersedia meminjamkan, bahkan kalau dia tidak datang meminjam uang lagi, kita akan mendatangi dia dan menanyakan kok kamu gak pinjam uang lagi sehh?? “Nih gua lagi punya duit 5 juta apa lu kagak butuh?” Betul gak? :).

Intinya adalah kepercayaan. Kekurang percayaan ortu ke kita sebenarnya adalah akibat dari tingkah polah kita juga. Hasil dari pengamatan mereka atas perkembangan hidup kita dimata mereka.

Hal ini akan menjadi masalah kalau komunikasi antara orang tua dengan anak kurang lancar, yang kerap menimbulkan salah paham yang berakibat pertengkaran, padahal mungkin keduanya benar.

Jadi perihal kecurigaan atau “ketidakpercayaan” ortu kita ini , janganlah terlalu diperbesar, dijadikan sesuatu yang membuat kita antipati terhadap mereka. Cobalah memandangnya dari penjelasan saya di atas.

Nah apabila kita yakin bahwa ide atau usulan kita benar, cobalah dulu membuktikannya dengan meminta pendapat teman. Jika sudah yakin sekali, namun kebentur “kekeras kepalaan” ortu, maka cobalah strategi sebagai berikut:


  • Pertama, cobalah memikirkan factor apa yang membuat ortu kita keberatan akan usulan atau ide kita? Cobalah berpikir seperti ortu kita, jika memungkinkan simulasilah cara berpikir ortu kita, dan kemudian setelah itu mencoba membicarakannya dengan ortu kita.
  • Kedua, coba meminta pertolongan pihak ketiga. Yang saya maksud pihak ketiga disini bisa ayah, kalau ibu yang menentang ide kita; atau sebaliknya ibu kalau yang menentang adalah ayah, atau bisa juga kakak atau bahkan mungkin adik. Biasanya yang lebih berpengaruh adalah Om atau Tante yang dipercaya oleh ortu kita.          Secara psikologis susah bagi ortu untuk beragumentasi dengan “anaknya”,   meskipun tentu saja banyak juga yang sudah sangat modern cara pandangnya, yang menurut mereka masih belum atau tidak berpengalaman. Dan juga karena itu tadi, mereka benar2 tahu sifat kita yang bertumbuh detik demi detik.              Mereka, secara umum, akan lebih mudah menerima pendapat atau memuji anak Om dan Tante kita daripada kita sebagai anaknya. Demikian juga halnya Om dan Tante kita akan lebih mudah menerima pendapat kita atau memuji-muji kehebatan kita daripada anak mereka sendiri, karena mereka tidak pernah kita buat sakit kepala seperti yang kita lakukan ke ortu kita wkwkwkwk…
  • Ketiga, cobalah minta seseorang membaca tulisan saya pertama dan kemudian menyarankan ortu kalian untuk membacanya, siapa tahu bisa membukakan jalan pikiran ortu kalian.


Prinsip dasar ketiga, on top of everything, this is about your life. Terus terang lama saya berhenti menulis begitu sampai di prinsip dasar ketiga ini. Saya ragu2 apakah saya akan menuliskan prinsip dasar ketiga ini, namun setelah saya pertimbangkan, akhirnya saya tulis juga.

Saya sering mendengar atau menghadapi beberapa kasus anak2 yang “dipaksa” menuruti kehendak orang tuanya, namun karena anak2 tersebut memiliki kemauann yang kuat atas rencananya sendiri, akhirnya menjadi tersiksa di dalam sisa hidupnya.

Saya tidak ingin lagi mendengar atau paling tidak saya ingin mengurangi ketidak bahagiaan anak2 yang “terpaksa” harus menuruti kehendak ortunya yang belum tentu sesuai dengan keinginan anaknya, demi apa yang disebut sebagai “berbakti”.

Namun saya juga tentu tidak ingin anak2 salah menentukan langkah di dalam hidup, hanya karena “merasa” ide yang kalian miliki adalah yang terbaik dan tanpa cacat.

Oleh karena itu, jika anak2 memiliki dorongan yang sangat kuat untuk melaksanakan idenya, memiliki rencana yang baik dan terukur di dalam pelaksanaannya, sudah menyampaikannya ke ortu dengan sebaik-baiknya, baik secara langsung maupun melalui pihak ketiga, saya rasa ada 2 pendekatan yang bisa dilakukan:


  • Pertama, negosiakan ke ortu untuk boleh mencoba rencana yang kalian pikirkan baik itu, misalnya satu atau dua tahun atau lebih, yang mana menurut kalian cukup untuk membuktikan bahwa rencana itu baik adanya. Dengan demikian ortu kalian akan merasa lebih memiliki opsi untuk meminta kalian membatalkan rencana, jika suatu ketika keputusan yang kalian buat itu salah.
  • Kedua, jika semua usaha sudah kalian lakukan dan tidak membuahkan hasil. Maka lakukanlah pilihan yang menurut kalian terbaik buat diri kalian sendiri, bukan untuk orang tua, saudara atau Om dan Tante. This is your life, and you deserve to do it according to your best. Kalian yang nanti akan menjalaninya hingga tua, bukan orang tua, saudara, teman atau Om dan Tante. YOU ARE, not anybody else.


Fiuhhhh…it is damn difficult to suggest you against your own parents, tapi saya harus mengatakannya.

-----------------------

So, itulah tiga prinsip dasar yang harus adik2 pahami di dalam menyikapi perdebatan atau perselisihan pendapat dengan orang tua kalian. Semoga dengan tulisan ini, kalian lebih mudah mengerti dan mengambil keputusan di dalam menentukan jalan hidup kalian.

Semoga saya tidak salah di dalam memberikan saran di atas.

Percaya atau tidak, ini merupakan salah satu tulisan terberat yang saya pernah saya tulis, namun percayalah tidak ada orang tua yang normal menginginkan hal buruk terjadi pada anak2nya.

Semoga sharing saya ini berguna bagi kalian yang galau di dalam mengambil sikap.

Saya sangat berharap atas segala masukan atas tulisan saya di atas, agar semakin banyak anak2 bingung bisa menentukan sikapnya di dalam memilih jalan hidup.

Salam,

GGO

http://www.gunturgozali.com

Baca juga, posting saya yang mungkin berguna:

Unconditional Love

Spend As You Need, Not As You Want

Espresso Dan Sikap Sok Tahu

Just Be Who You Are

Twitting and Facebooking, Why Should You?

Duhh…Kok Sampe Begituny Sih

Oh My GOD...

You Are Not Alone...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun