Mohon tunggu...
Worklife Pilihan

"Gender Equality" Pria dan Wanita, Apakah Kesetaraan Harus Sama?

30 Desember 2018   00:09 Diperbarui: 30 Desember 2018   00:34 4290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak sedikit diantara kita menyuarakan tentang kesetaraan gender. Mari kita kupas sedikit mengenai topik ini, apakah kesetaraan tersebut harus menyamakan hak dan kapasitas pria dan wanita?. Mari kita bahas bersama.

Kesetaraan gender merupakan salah satu hak asasi kita sebagai manusia. Hak untuk hidup secara terhormat, bebas dari rasa ketakutan dan bebas menentukan pilihan hidup tidak hanya diperuntukan bagi para laki-laki, perempuan pun mempunyai hak yang sama pada hakikatnya.

Sayangnya sampai saat ini, perempuan seringkali dianggap lemah dan hanya menjadi sosok pelengkap. Terlebih lagi adanya pola berpikir bahwa peran perempuan hanya sebatas bekerja di dapur, sumur, mengurus keluarga dan anak, sehingga pada akhirnya hal di luar itu menjadi tidak penting.

Hal ini yang menjadi dasar pemikiran bahwa hak dan peran perempuan wajib diperjuangkan. Berbagai pergerakan telah bergema di bumi nusantara yang dilakukan oleh para pekerja wanita, aktivis sosial, dan para politikus.

Untuk meningkatkan kesadaran perempuan akan isu kesetaraan gender ini dan mengedukasi pekerja perempuan mengenai hak-haknya sebagai pekerja perempuan, program kampanye Labour Rights For Women yang ditujukan bagi pekerja perempuan muda tidak ada henti-hentinya menyuarakan dan mengedukasi perempuan.

Lewat event dan pelatihan Labour Rights For Women yang bertema "Gender Equality", perempuan diharapkan dapat lebih terpacu untuk membela hak mereka dalam kesempatan kerja/karir, hak maternal dan keseimbangan antara keluarga dan karir (Gender Equality Training, 2013).

Menurut survei Women's Health and Life Experiences pada 2016 silam, satu dari tiga perempuan Indonesia yang berusia 15-64 tahun mengaku pernah mengalami kekerasan fisik dan seksual. Perempuan juga masih menghadapi rintangan hukum dan diskriminasi di lapangan kerja. Dengan angka sebesar 51% pada 2017 silam, keterlibatan perempuan Indonesia di pasar tenaga kerja masih jauh di bawah rata-rata pria sebesar 80%.

Pada saat ini, berbagai pendapat dan persepsi masyarakat mengenai kesetaraan gender hanya mengacu pada lingkup pekerjaan dan sosial. Akan tetapi lebih jauh dari pada itu, hal yang mendasar adalah apakah setiap perempuan memiliki kesadaran akan hak dan perannya?

Berbagai permasalahan yang terjadi dalam segi pribadi dan budaya. Seperti yang kita ketahui, bahwa Indonesia kaya akan adat dan budaya. Beberapa kebudayaan menuntut wanita/perempuan hanya berperan sebagai sosok yang melayani kaum pria. Konsep seperti itu berbeda jauh dengan konsep kesetaraan gender. Akan tetapi, adakah diantara kita yang menyalahkan adat budaya diterapkan tersebut?, mungkin kita tidak berani untuk menyalahkannya!.

Lantas, bagaimana kesetaraan gender dapat diatasi?

Mari kita pahami bersama, awal mulanya permasalahan kesetaraan gender berada pada status tingginya angka pernikahan yang cukup dini pada wanita/perempuan. Peran kesadaran sangat dibutuhkan saat ini, bagaimana wanita/perempuan harus mampu merencanakan pendidikan, karir dan masa depannya. Mengapa hal ini sangat penting untuk disadari?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun