Bendera merah putih pusaka itu dijahit di ruang makan, depan kamar tidur Fatmawati. Ia menjahitnya dengan mesin jahit Singer yang digerakkan dengan tangan.Â
Kondisi badan dan besarnya bendera membuat Fatmawati butuh dua hari untuk menyelesaikan pembuatannya di akhir 1944. Pada Jumat, 17 Agustus 1945, Fatmawati mendapati rumahnya banyak dikerumuni orang yang saat itu menyerukan Soekarno keluar dari rumah untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.Â
Soekarno saat itu pun keluar bersama Moh. Hatta yang mengiringi menuju mikrofon. Fatmawati dan Soerastri Karma Trimurti pun menuju tiang bendera sambil membawa Sang Saka Merah Putih dengan tertib dan khidmat. Hadirin pun menyanyikan lagu Indonesia Raya tanpa musik pengiring.
Kisah Haru di Balik Proses Penjahitan Bendera Pusaka
Bendera Merah putih pertama kali dibuat oleh Fatmawati pada tahun 1944. Menurut buku Ziarah Sejarah yang disusun oleh Hamid Nabhan, Sang Saka Merah Putih terbuat dari katun Jepang dengan ukuran 274 x 196 cm. Sebagai sosok yang tangguh, Fatmawati menjahit bendera Merah Putih dengan mesin jahit Singer yang dijalankan dengan tangannya. Saat itu, ia tengah hamil tua dan dokter melarangnya untuk mengoperasikan mesin jahit dengan menggunakan kaki.
Kukuh Pamuji mengatakan dalam buku Menyelisik Museum Istana Kepresidenan Jakarta, karena kondisi fisik Fatmawati yang tengah hamil tua dan ukuran bendera yang besar, pekerjaan menjahit bendera itu baru selesai dalam waktu dua hari.
Pada salah satu buku karya Bondan Winarno dengan judul Berkibarlah Benderaku terdapat sejumlah kutipan dari penjahit bendera Pusaka itu. Seperti momen haru ketika Fatmawati meneteskan air mata dan sekelumit cerita tentang dirinya yang sedang dalam kondisi hamil tua saat menjahit.
"Berulang kali saya menumpahkan air mata di atas bendera yang sedang saya jahit itu"
"Menjelang kelahiran Guntur, ketika usia kandungan telah mencukupi bulannya, saya paksakan diri menjahit bendera Merah Putih"
Bendera Merah Putih dikibarkan pertama kali pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 (kini Jalan Proklamasi), Jakarta oleh Latief Hendraningrat, Suhud Sastro Kusumo, dan SK Trimurti.
Pada tahun 1946-1968, bendera tersebut dikibarkan hanya pada saat 17 Agustus saja. Sejak tahun 1969, bendera Pusaka tersebut tidak berkibar lagi karena sobek, namun tetap disimpan di Istana Merdeka.
Keteladanan Ibu Fatmawati
Sebagai Ibu Negara Republik Indonesia yang pertama, Ibu Fatmawati selalu setia mendukung perjuangan Presiden Soekarno, selalu memberikan keteladanan tentang pentingnya pengorbanan, dan selalu menekankan pentingnya menjaga semangat, menjaga mimpi di tengah keterbatasan-keterbatasan yang ada.Â
Pada era Presiden Abdurrahman Wahid, Fatmawati dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, melalui surat Keputusan Presiden RI Nomor 118/TK/2000 tanggal 4 November 2000. Fatmawati meninggal dunia dalam perjalanan pulang dari Arab Saudi, setelah dirinya menunaikan ibadah Umroh.Â