Bung Karno pernah kesal dengan PBB.  Lembaga itu dianggap di kuasai oleh negara - negara besar dan maju dan negara - negara kecil yang sedang berkembang  cuma bisanya nurut saja. PBB saat itu dianggap tidak serius  perjuangkan kepentingan negara seperti Indonesia.
PBB pun memang sebagai lembaga , tidak serta merta berdiri. Negara - negara besar dan kayalah yang mendirikan dan menyumbang uang untuk operasional PBB.
No free lunch
Ada uang ada barang. Â
Sampai kemudian Presiden Amerika di jabat oleh Donald Trump. Â Seorang bisnisman kawakan yang sejak 30 tahun lalu sudah menjadi pengusaha kelas milyuner. Sejak lama Trump benci sekali dengan Amerika yang royal belanja uang untuk kepentingan negara lain atas dasar kemanusiaan atau hal lain. Seharusnya negara dan bangsa Amerika yang lebih utama di pikirkan. Ada cadangan dana ,ya di tabung atau investasi kan.
Trump inginkan Amerika seperti China. Cuek saja  dengan negara lain yang menderita . Kerjasama dengan negara lain , pun atas nama kemitraan sejati. Sama sama harus untung.
No free lunch.
Termasuk yang ketiban sial adalah PBB. Â Amerika adalah donatur terbesar untuk operasional PBB.
Memang sih , biaya jalankan PBB juga nggak main - main. Â
Rincian nya biaya tiap tahun :
#Biaya operasional ( gaji staf + kantor , rapat dll) = Rp  46,2 Trilyun. Â
#Biaya pasukan perdamaian tiap tahun = Rp 91 Trilyun.
Total biaya PBB pertahun  = Rp 137,2 Trilyun.
Lalu berapa sumbangan yang harus di setor Amerika tiap tahun ke PBB , nilainya juga nggak main-main ,yaitu sekitar = Rp 32,1 trilyun.
Saat ini , Amerika belum penuhi donasinya ke PBB . Alias masih " hutang " ke PBB. Â
Nilainya sekitar  Rp 48,3  Trilyun.
Menurut Donald Trump , Amerika akan bayar sumbangan itu ,apabila PBB mau efektif dan efisien. PBB harus rombak AD RT nya. Â Trump , sebagai nasionalis dan pebisnis , tentu tidak rela bayar sumbangan besar sekali untuk PBB . Tapi keuntungan yang di dapat Amerika kecil sekali. Tidak sebanding. Contohnya , tentang kebijakan Amerika dalam masalah ibukota Israel , tidak didukung oleh anggota PBB. Â Bisa jadi ini pembalasan Trump karena memandang enteng Amerika.
Pemerintahan Amerika juga sangat ketat dalam gunakan anggaran untuk operasional rutin. Rapat - rapat , kunjungan dinas , acara kenegaraan , sangat  dikurangi.
Kalaupun acara- acara  rapat harus diadakan , biasanya snack dan minum nya sederhana. Dan itupun di gedung milik negara.
PBB pun mau tidak mau harus  berubah dan ikuti permintaan Trump kalau mau di sumbang Amerika. PBB harus hapus banyak kegiatan  seminar ,rapat , kampanye , kunjungan - kunjungan. Supaya lebih efisien dan efektif.
Seperti Bung Karno yang dirikan gerakan Non-blok , Trump mulai kampanyekan , kalau Amerika lebih baik dari organisasi PBB. Â Lebih efektif dan efisien. Â
Contohnya , kelompok teroris paling mengerikan didunia  ISIS yang bermarkas di Syiria dan Iraq , di hancurkan  tuntas oleh Amerika sendiri.
Coba tunggu PBB aksi. Atau pasukan perdamaian yang aksi.  Sampai lebaran monyet ya nggak selesai selesai. Terlalu banyak rapat ,birokrasi dan prosedur.  Sekarang , tinggal sisa kelompok kecil ISIS dan tawanan ISIS  yang ada di barak pengungsian, namun  Amerika nyatakan lepas tangan.  Katanya Trump , masak Amerika Amerika  lagi. Negara Eropa banyak kok negara kaya seperti Amerika. Juga China, Jepang dan Korea.  Ya urus lah pengungsi itu gantian.
Jadi bagaimana dengan masadepan PBB ,karena Amerika ogah  bayar sumbangan nya ?
Entahlah , Sekjen PBB sudah nyatakan , gaji staf PBB Â bulan depan tidak akan terbayar. Beberapa kantor cabang juga tutup. Â
Mungkin PBB hancur sendiri , karena nggak ada dana. Lalu bagaimana dengan nasib dunia ? Â
Dan faktanya , memang peperangan antar negara  sudah nyaris tidak ada. Yang ada perang atau konflik internal suatu negara. Dan itu bukan urusan PBB.
Yang sekarang di lakukan PBB lebih ke masalah kemanusian,  pengungsi karena perang saudara  dan lingkungan.  Tapi PBB pun cuma sebatas mengkampanyekan isu itu .
Sayonara PBB ?
So Make love not war
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H