Mohon tunggu...
Sosbud

Apakah Hemat Uangku Dengan Hijau Rumahku?

14 Mei 2010   09:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:13 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

- Terakhir, SbD juga mendukung pernyataan UNESCO mengenai keberagaman budaya sebagai sumber pertukaran, penemuan, kreativitas sangat diperlukan oleh umat manusia.

Kedua lembaga tersebut telah mencoba menerapkan "Sustainable Homes" untuk mengurangi dampak pemanasan global yang semakin parah. Tetapi, hal ini rupanya mengalami tantangan di dunia nyata.

Tantangan terhadap Penerapan "Sustainable Homes" di Indonesia

Kesulitan untuk menerapkan "Green Homes" di Indonesia ialah belum tumbuhnya kesadaran masyarakat secara luas mengenai konsep "Green Homes" ini. Selain itu pula terjadi salah kaprahnya pengembang dan masyarakat mengenai hal ini. Konsep "Green" seringkali dieksplorasi untuk mendongkrak penjualan dengan menambahkan aplikasi "solar panel" dan "green roof" yang terlalu mahal untuk saat ini.

Sebaliknya solusi bahan ramah lingkungan seperti bambu, aplikasi tampungan air hujan dan solusi tepat guna lainnya belum diterapkan. Bahkan integrasi infrastruktur seperti drainase seringkali diabaikan sehingga menyebabkan kawasan tersebut berpotensi tergenang kala hujan ekstrim. Sesungguhnya ini juga kurang berlanjut menurut konsep "Sustainable Homes" di atas.

Sebaliknya pendekatan ramah lingkungan seperti tidak membangun di kawasan rawa yang mengalami penurunan tanah yang ekstrim seperti Jakarta Utara rupanya tetap menjadi trend yang wajar. Baru - baru ini kami mengevaluasi sebuah pembangunan di Jakarta Utara, dan kami menemukan fenomena bahwa penerima penghargaan FIABCI itu dibangun di atas rawa yang mengalami penurunan tanah ekstrim sebesar 3-10 cm per tahun. Artinya jika kita membeli rumah di perumahan tersebut maka rumah kita mungkin bisa melesak ke dalam tanah sebesar 30 cm sampai 1 m pada 10 tahun mendatang. Dan menyebabkan rumah kita akan tergenang parah. Hal ini sebenarnya tidak sesuai dengan pendekatan keberlanjutan di atas. v

Secara sederhana aplikasi "Sustainable by Design" yang diusulkan UIA dapat dibandingkan dengan tabel sebagai berikut:

Teori

Kenyataan

Sustainable by Design (SbD) dimulai pada tahapan awal proyek dan melibatkan komitmen seluruh pihak: klien, desainer, insinyur, pemerintah, kontraktor, pemilik, pengguna, dan komunitas.
Seringkali, diduga tidak ada pelibatan stakeholders untuk menghasilkan "Green Homes." Bahkan seringkali terjadi konflik terkait pembebasan lahan oeleh pengembang.

SbD harus mengintegrasikan semua aspek dalam konstruksi dan penggunaannya di masa depan berdasarkan "Full Life Cycle Analysis and Management."
"Full Life Cycle Analysis and Management"belum diterapkan karena tujuan mengurangi biaya dalam persiapan perumahan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun