Penatnya perjalanan kami selama 40 menit menggunakan pesawat dari Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sepinggan, Balikpapan kemudian dilanjutkan perjalanan darat kurang lebih 6 jam, rasanya terbayar lunas ketika kita sampai di Kecamatan Biduk-Biduk, Kabupaten Berau, Kaltim, pegal dan capek selama perjalanan seolah sirna saat memandang bentangan pantai nan bersih, jernih dan sungguh mempesona. Udara pagi yang bersih serta panorama pantai yang indah adalah sebuah kombinasi harmoni alam yang menenangkan jiwa. Tak terasa bibir ini memuji kebesaranNya “Sang Arsitek yang Maha Sempurna”.
Kecamatan Biduk-Biduk adalah kecamatan di Kabupaten Berau yang berlokasi di Semenanjung Mangkalihat, bila kita tengok Peta Kalimantan khususnya di bagian Kalimantan Timur ada bagian yang menonjol keluar mengarah ke pulau Sulawesi, itu adalah lokasi Biduk-Biduk berada. Penduduk setempat malah menginformasikan bahwa untuk menyeberang ke pulau Sulawesi dapat ditempuh dengan waktu sekitar 6 jam menggunakan perahu. Kecamatan Biduk-Biduk terbagi atas kampung Biduk-Biduk, Giring-Giring, Pantai Harapan, Tanjung Perepat, Teluk Sulaiman dan Teluk Sumbang.
Kecamatan Biduk-Biduk merupakan daerah yang di dominasi oleh bentang alam karst. Bentang alam karst merupakan bentang alam yang sangat unik, indah dan eksotis. Raja ampat di Papua, Halong Bay di Vietnam, Gunung Avatar di China merupakan tempat-tempat yang luar biasa indah yang terbentuk akibat pengaruh bentang alam karst. Tempat – tempat itu sekarang menjadi surga ekowisata yang sangat terkenal di dunia. Sayangnya pengetahuan karst belum banyak di pahami oleh masyarakat kita. Masyarakat hanya paham karst sebagai bahan baku pembuat semen. Padahal karst menyimpan potensi sumber daya air bersih yang luar biasa dan eksotisme alam yang begitu mempesona.
Kecamatan Biduk-Biduk memiliki aneka spot ekowisata yang menarik antara lain Danau Labuan Cermin, Danau Siginding, Pantai Teluk Sumbang, Air Terjun Bidadari, Goa, Pulau Kaniyungan, dan Teluk Sulaiman.
Di Biduk-Biduk bagi pencinta kuliner utamanya ikan dapat menikmati gurihnya makan “ikan yang baru mati sekali”. Istilah ini baru saya kenal saat di Biduk-Biduk, maksudnya ikan yang dimasak di sini adalah ikan yang baru saja di ambil dari laut. Bukan Ikan yang sudah di awetkan menggunakan es selama beberapa hari. Satu lagi kenangan yang tidak saya lupakan adalah ketika sedang makan di penginapan, si ibu pemilik penginapan menyampaikan bahwa kalau di Biduk-Biduk ini ga boleh makan hanya secuil tapi makannya satu-satu. Wah mantap kata saya dalam hati dan saya ambil satu ekor ikan lagi karena di tawarin nambah:-).
Danau Labuan Cermin
Labuan Cermin terletak di desa Labuan Kelambu,kecamatan Biduk – Biduk, Kabupaten Berau, danau Labuan Cermin memiliki keunikandengan adanya 2 (dua) air yang berada dalam satu lokasi yaitu air asin dan airtawar, keduanya tidak bercampur dengan kondisi air laut dibagian bawah dan airtawar di bagian atas. Karena itu danau ini juga di kenal sebagai danau duarasa. Danau ini di kelilingi oleh tutupan hutan yang masih rapat yang tumbuh diatas, batuan karst. Air danau sangat jernih sehingga dasar danau pun terlihatdengan jelas.
Air danau bening sehingga orang menyebutnya Labuan Cermin, perahuyang kita gunakan pun seolah mengambang saking beningnya air danau yangwarnanya kebiru-biruan. Ikan-ikan yang menari-nari di dalam air pun dapat kitalihat dengan jelas Tutupan hutan disekeliling danau juga di diami oleh aneka satwa seperti monyet ekor panjangyang berlarian di atas dahan dan burung Enggang. 2 (dua) satwa tersebut kamitemui ketika kami mengunjungi danau tersebut. Kami yakin masih banyak satwalain yang hidup di sana yang sepertinya belum di inventarisasi jenis dan jumlahnya.
Teluk Sulaiman merupakan nama desa di kecamatan Biduk-Biduk, yang merupakan perairan teluk yang memiliki potensi ekowisata yang sangat menarik. Di Teluk Sulaiman kita bisa menyusur sungai Siginding untuk menuju Danau Siginding, sepanjang sungai siginding kita bisa menikmati indahnya panorama tumbuhan mangrove dengan tutupan yang sangat lebat selain itu juga air yang begitu jernih dan bening. Kita menemui beberapa Bekantan sedang asyik mengunyah makanannya sambil memperhatikan kami seolah berkata “tolong jangan rusak habitat kami”.
Tak jauh setelah menyusuri sungai itu kita telah tiba di danau Siginding, danau yang luar biasa jernih dan panorama yang luar biasa. Sebuah gerakan cepat berkelebat di sekeliling perahu. Ternyata ada banyak penyu di area ini. Tidak susah untuk mencari penampakan penyu-penyu itu. Seolah kita tidak berada di alam bebas melainkan di area penangkaran penyu. Pemandangan ini sungguh membuat saya takjub, betapa area ini benar-benar masih sangat alami. Seolah saya berada di dunia lain, di mana yang kita temui adalah hal – hal yang unik, “aneh”, mengejutkan dan mengagumkan.
Bergeser dari Danau Siginding kita menuju ke Teluk Sumbang, namun sebelum ke sana kita menuju area kawanan lumba-lumba. Tak butuh waktu lama kita di suguhi atraksi lumba-lumba yang berjumlah puluhan dalam hitungan saya. Mereka bergerak bersama seolah sedang melakukannya seperti dalam sebuah pertunjukan atraksi lumba-lumba. Satu adegan yang mengesankan saya adalah melihat 2 (ekor) di antara lumba-lumba itu melompat ke udara. Sayang saya tidak sempat mengambil momen itu. Satu kata yang meluncur dari mulut saya “Maha Besar Engkau ya Allah atas kreasiMU.
Perjalanan kami menuju teluk sumbang dari area lumba-lumba, memakan waktu yang tidak begitu lama. Perahu kami mendarat di hamparan pasir putih di Teluk Sumbang, air yang begitu jernih juga menjadi pemandangan kami. Tak tahan kami untuk tidak berfoto ria, sekaligus mengabadikan keindangan pantai Teluk Sumbang. Di sepanjang Pantai terbentang jejeran pohon kelapa yang tumbuh seragam tingginya, sehingga elok di pandang mata. Tak jauh dari pantai terlihat sebuah gua tetapi tidak begitu besar dan tidak terlalu panjang. Di situ sudah berdiri sebuah resort yang terlihat sedang dalam proses pembangunan. Dari sana kami menuju air terjun bidadari menggunakan mobil double garden di temani si pemilik resort yang berbaik hati menawari kami untuk berkeliling menuju air terjun bidadari.
Perjalanan menuju air terjun dengan melalui jalan yang cukup terjal sehingga hanya mobil 4WD saja yang bisa melaluinya. Kami melewati perkampungan orang dayak yang di huni beberapa keluarga. Perjalanan menuju air terjun tersebut akhirnya tiba, kami menemukan aliran air terjun bertingkat yang cukup indah dengan air yang sejuk. Tak lama kami disitu kami menuju ke pantai untuk melanjutkan perjalanan menuju pulau Kaniungan, di sana kami berencana untuk makan siang sekaligus berenang dan snorkeling melihat terumbu karang.
Pulau Kaniungan
Akhir destinasi kami hari ini adalah Pulau Kaniungan, Pulau kecil dengan pemandangan alam pesisir bak karya seni lukisan alam yang indah, dan seolah kita menjadi bagian di dalam frame lukisan yang indah tersebut. Lagi – lagi kami tercengang dengan apa yang kita lihat lingkungan di sekeliling kita. Di sini kami merasakan betapa indah ciptaan Ilahi, begitu indahnya sampai kami merasa dan membayangkan seperti inikah surga yang dijanjikan Tuhan kepada hamba-hambanya yang taat. Kami menjadi menerka mungkin Tuhan menciptakan alam yang indah ini agar kita bisa membayangkan tentang indahnya surga. Keindahan surga pastilah jauh lebih indah dari segala keindahan di bumi.
Kami mulai mengeksplorasi aneka biota laut biru tersebut. Aneka terumbu karang warna warni kami temui ungu, kuning, putih, coklat tampak berjejer dengan kerapatan yang cukup tinggi. Beberapa jenis terumbu karang yang kami kenali diantaranya adalah Acropora Sp, Montipora, Sp, Gardineroseris Sp. Tak perlu jauh kita berenang dari pantai dan kedalaman yang tidak begitu dalam kita sudah dapat menemukan panorama bawah laut yang begitu mengagumkan. Ikan – ikan karang penuh warna warni tampak hilir mudik di antara terumbu karang dan anemone-anemon yang tampak menari-nari.
Sayangnya keindahan yang begitu rupa tersebut kini terancam dengan adanya kegiatan ekstraksi dan perkebunan sawit. Miris hati ini bila membayangkan nantinya nuansa alam yang asri, indah alami ini musnah. Hanya karena nafsu liar pemburu yang mengoyak menerkam dan meninggalkannya begitu saja. Sungguh hanya orang yang tak punya jiwa dan rasa lah yang akan begitu tega merusak indahnya alam di Kecamatan Biduk – Biduk, Kabupaten Berau, Kaltim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H