Mohon tunggu...
Agung Priyanto
Agung Priyanto Mohon Tunggu... Lainnya - ASN/Penyuluh Lingkungan Hidup Ahli Madya/Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Hobi mempelajari hal-hal baru, baca buku, menulis, jalan-jalan, bisnis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Andai Presiden Jokowi, Bu Susi Pujihastuti...datang ke Biduk - Biduk

22 Oktober 2016   05:31 Diperbarui: 24 Oktober 2016   07:02 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penatnya perjalanan kami selama 40 menit menggunakan pesawat dari Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sepinggan, Balikpapan kemudian dilanjutkan perjalanan darat kurang lebih 6 jam, rasanya terbayar lunas ketika kita sampai di Kecamatan Biduk-Biduk, Kabupaten Berau, Kaltim, pegal dan capek selama perjalanan seolah sirna saat memandang bentangan pantai nan bersih, jernih dan sungguh mempesona. Udara pagi yang bersih serta panorama pantai yang indah adalah sebuah kombinasi harmoni alam yang menenangkan jiwa. Tak terasa bibir ini memuji kebesaranNya “Sang Arsitek yang Maha Sempurna”.

Pagi di Kampung Biduk-Biduk
Pagi di Kampung Biduk-Biduk
Selama ini obyek wisata yang dikenal masyarakat luas di kabupaten Berau adalah Pulau Derawan, Danau Kakaban dan Sangalaki. Orang belum begitu mengenal nama Biduk-Biduk. Ya, Biduk – Biduk adalah sebuah kecamatan di kabupaten Berau yang menyimpan potensi wisata alam yang tak kalah dari Pulau Derawan, Danau Kakaban dan Sangalaki. Bila membandingkan keduanya menurut penilaian pribadi saya yang bisa jadi subyektif, obyek wisata di kecamatan Biduk-Biduk relatif lebih indah. Bisa jadi hal ini karena lokasi di kecamatan Biduk-Biduk belum begitu di kenal dan aktifitas manusia belum begitu banyak berpengaruh ke alam sehingga kondisi Biduk-Biduk relatif lebih alami. 

Kecamatan Biduk-Biduk adalah kecamatan di Kabupaten Berau yang berlokasi di Semenanjung Mangkalihat, bila kita tengok Peta Kalimantan khususnya di bagian Kalimantan Timur ada bagian yang menonjol keluar mengarah ke pulau Sulawesi, itu adalah lokasi Biduk-Biduk berada. Penduduk setempat malah menginformasikan bahwa untuk menyeberang ke pulau Sulawesi dapat ditempuh dengan waktu sekitar 6 jam menggunakan perahu. Kecamatan Biduk-Biduk terbagi atas kampung Biduk-Biduk, Giring-Giring, Pantai Harapan, Tanjung Perepat, Teluk Sulaiman dan Teluk Sumbang.

Kecamatan Biduk-Biduk merupakan daerah yang di dominasi oleh bentang alam karst. Bentang alam karst merupakan bentang alam yang sangat unik, indah dan eksotis. Raja ampat di Papua, Halong Bay di Vietnam, Gunung Avatar di China merupakan tempat-tempat yang luar biasa indah yang terbentuk akibat pengaruh bentang alam karst. Tempat – tempat itu sekarang menjadi surga ekowisata yang sangat terkenal di dunia. Sayangnya pengetahuan karst belum banyak di pahami oleh masyarakat kita. Masyarakat hanya paham karst sebagai bahan baku pembuat semen. Padahal karst menyimpan potensi sumber daya air bersih yang luar biasa dan eksotisme alam yang begitu mempesona.

Pagi di Biduk-Biduk
Pagi di Biduk-Biduk
Infrastruktur di wilayah Biduk-Biduk bisa dikatakan masih belum begitu bagus, sebagaimana akses menuju ke wilayah Biduk-Biduk dari Tanjung Redeb, masih ditemui kondisi jalan yang kurang begitu bagus. Kondisi jalan mulai cukup nyaman dari Kecamatan Talisayan sampai ke Kecamatan Biduk-Biduk. Untuk akomodasi ada beberapa penginapan yang cukup nyaman dengan fasilitas AC dan TV, walaupun bukan hotel bintang, akan tetapi untuk harga kisaran 200-300 ribuan yang dikeluarkan, kondisi penginapan cukup memadai. 

Kecamatan Biduk-Biduk memiliki aneka spot ekowisata yang menarik antara lain Danau Labuan Cermin, Danau Siginding, Pantai Teluk Sumbang, Air Terjun Bidadari, Goa, Pulau Kaniyungan,  dan Teluk Sulaiman.

Di Biduk-Biduk bagi pencinta kuliner utamanya ikan dapat menikmati gurihnya  makan “ikan yang baru mati sekali”.  Istilah ini baru saya kenal saat di Biduk-Biduk, maksudnya ikan yang dimasak di sini adalah ikan yang baru saja di ambil dari laut. Bukan Ikan yang sudah di awetkan menggunakan es selama beberapa hari. Satu lagi kenangan yang tidak saya lupakan adalah ketika sedang makan di penginapan, si ibu pemilik penginapan menyampaikan bahwa kalau di Biduk-Biduk ini ga boleh makan hanya secuil tapi makannya satu-satu. Wah mantap kata saya dalam hati dan saya ambil satu ekor ikan lagi karena di tawarin nambah:-). 

Danau Labuan Cermin

Labuan Cermin terletak di desa Labuan Kelambu,kecamatan Biduk – Biduk, Kabupaten Berau, danau Labuan Cermin memiliki keunikandengan adanya 2 (dua) air yang berada dalam satu lokasi yaitu air asin dan airtawar, keduanya tidak bercampur dengan kondisi air laut dibagian bawah dan airtawar di bagian atas. Karena itu danau ini juga di kenal sebagai danau duarasa. Danau ini di kelilingi oleh tutupan hutan yang masih rapat yang tumbuh diatas, batuan karst. Air danau sangat jernih sehingga dasar danau pun terlihatdengan jelas.

Air danau bening sehingga orang menyebutnya Labuan Cermin, perahuyang kita gunakan pun seolah mengambang saking beningnya air danau yangwarnanya kebiru-biruan. Ikan-ikan yang menari-nari di dalam air pun dapat kitalihat dengan jelas  Tutupan hutan disekeliling danau juga di diami oleh aneka satwa seperti monyet ekor panjangyang berlarian di atas dahan dan burung Enggang. 2 (dua) satwa tersebut kamitemui ketika kami mengunjungi danau tersebut. Kami yakin masih banyak satwalain yang hidup di sana yang sepertinya belum di inventarisasi jenis dan jumlahnya.

Danau Labuan Cermin
Danau Labuan Cermin
Teluk Sulaiman

Teluk Sulaiman merupakan nama desa di kecamatan Biduk-Biduk, yang merupakan perairan teluk yang memiliki potensi ekowisata yang sangat menarik. Di Teluk Sulaiman kita bisa menyusur sungai Siginding untuk menuju Danau Siginding, sepanjang sungai siginding kita bisa menikmati indahnya panorama tumbuhan mangrove dengan tutupan yang sangat lebat selain itu juga air yang begitu jernih dan bening. Kita menemui beberapa Bekantan sedang asyik mengunyah makanannya sambil memperhatikan kami seolah berkata “tolong jangan rusak habitat kami”.

Tak jauh setelah menyusuri sungai itu kita telah tiba di danau Siginding, danau yang luar biasa jernih dan panorama yang luar biasa. Sebuah gerakan cepat berkelebat di sekeliling perahu. Ternyata ada banyak penyu di area ini. Tidak susah untuk mencari penampakan penyu-penyu itu. Seolah kita tidak berada di alam bebas melainkan di area penangkaran penyu. Pemandangan ini sungguh membuat saya takjub, betapa area ini benar-benar masih sangat alami. Seolah saya berada di dunia lain, di mana yang kita temui adalah hal – hal yang unik, “aneh”, mengejutkan dan mengagumkan.

Bergeser dari Danau Siginding kita menuju ke Teluk Sumbang, namun sebelum ke sana kita menuju area kawanan lumba-lumba. Tak butuh waktu lama kita di suguhi atraksi lumba-lumba yang berjumlah puluhan dalam hitungan saya. Mereka bergerak bersama seolah sedang melakukannya seperti dalam sebuah pertunjukan atraksi lumba-lumba. Satu adegan yang mengesankan saya adalah melihat 2 (ekor) di antara lumba-lumba itu melompat ke udara. Sayang saya tidak sempat mengambil momen itu. Satu kata yang meluncur dari mulut saya “Maha Besar Engkau ya Allah atas kreasiMU.

Lumba-Lumba di Teluk Sulaiman
Lumba-Lumba di Teluk Sulaiman
Teluk Sumbang

Perjalanan kami menuju teluk sumbang dari area lumba-lumba, memakan waktu yang tidak begitu lama. Perahu kami mendarat di hamparan pasir putih di Teluk Sumbang, air yang begitu jernih juga menjadi pemandangan kami. Tak tahan kami untuk tidak berfoto ria, sekaligus mengabadikan keindangan pantai Teluk Sumbang. Di sepanjang Pantai terbentang jejeran pohon kelapa yang tumbuh seragam tingginya, sehingga elok di pandang mata. Tak jauh dari pantai terlihat sebuah gua tetapi tidak begitu besar dan tidak terlalu panjang. Di situ sudah berdiri sebuah resort yang terlihat sedang dalam proses pembangunan. Dari sana kami menuju air terjun bidadari menggunakan mobil double garden di temani si pemilik resort yang berbaik hati menawari kami untuk berkeliling menuju air terjun bidadari.

Perjalanan menuju air terjun dengan melalui jalan yang cukup terjal sehingga hanya mobil 4WD saja yang bisa melaluinya. Kami melewati perkampungan orang dayak yang di huni beberapa keluarga. Perjalanan menuju air terjun tersebut akhirnya tiba, kami menemukan aliran air terjun bertingkat yang cukup indah dengan air yang sejuk. Tak lama kami disitu kami menuju ke pantai untuk melanjutkan perjalanan menuju pulau Kaniungan, di sana kami berencana untuk makan siang sekaligus berenang dan snorkeling melihat terumbu karang.

Pantai di Teluk Sumbang
Pantai di Teluk Sumbang
 

Pulau Kaniungan

Akhir destinasi kami hari ini adalah Pulau Kaniungan, Pulau kecil dengan pemandangan alam pesisir bak karya seni lukisan alam yang indah, dan seolah kita menjadi bagian di dalam frame lukisan yang indah tersebut. Lagi – lagi kami tercengang dengan apa yang kita lihat lingkungan di sekeliling kita. Di sini kami merasakan betapa indah ciptaan Ilahi, begitu indahnya sampai kami merasa dan membayangkan seperti inikah surga yang dijanjikan Tuhan kepada hamba-hambanya yang taat. Kami menjadi menerka mungkin Tuhan menciptakan alam yang indah ini agar kita bisa membayangkan tentang indahnya surga. Keindahan surga pastilah jauh lebih indah dari segala keindahan di bumi.

Terumbu Karang di pulau Kaniungan
Terumbu Karang di pulau Kaniungan
Kami makan siang di sebuah resort yang ada di pulau Kaniungan. Berada di sana serasa damai dan tenteram. Semilir angin sejuk tak henti menyapu wajah – wajah kami. Sejuknya mengalahkan AC yang paling mahal sekalipun. Mata seolah di rayu untuk terpejam. Namun kami tak mau melewatkan air pantai yang biru dan jernih di depan mata kami yang membuat kami segera beranjak dari tempat duduk untuk segera memeluk laut dengan segala keindahannya. Dengan menyewa snorkel yang cukup ramah di kantong, Rp 30 ribu untuk satu jam.

Kami mulai mengeksplorasi aneka biota laut biru tersebut. Aneka terumbu karang warna warni kami temui ungu, kuning, putih, coklat tampak berjejer dengan kerapatan yang cukup tinggi. Beberapa jenis terumbu karang yang kami kenali diantaranya adalah Acropora Sp, Montipora, Sp,  Gardineroseris Sp. Tak perlu jauh kita berenang dari pantai dan kedalaman yang tidak begitu dalam kita sudah dapat menemukan panorama bawah laut yang begitu mengagumkan. Ikan – ikan karang penuh warna warni tampak hilir mudik di antara terumbu karang dan anemone-anemon yang tampak menari-nari.

Sayangnya keindahan yang begitu rupa tersebut kini terancam dengan adanya kegiatan ekstraksi dan perkebunan sawit. Miris hati ini bila membayangkan nantinya nuansa alam yang asri, indah alami ini musnah. Hanya karena nafsu liar pemburu yang mengoyak menerkam dan meninggalkannya begitu saja. Sungguh hanya orang yang tak punya jiwa dan rasa lah yang akan begitu tega merusak indahnya alam di Kecamatan Biduk – Biduk, Kabupaten Berau, Kaltim.

 

 

Terumbu Karang di Pulau Kaiungan
Terumbu Karang di Pulau Kaiungan
Keprihatinan yang mendalam apabila keindahan Biduk – Biduk musnah. Semoga Keindahan negeri Biduk – Biduk nantinya tidak hanya akan menjadi cerita dongeng dalam sejarah. Dongeng tentang sebuah negeri dengan air yang jernih, ikan yang melimpah, laut yang indah, terumbu karang yang membentang, lumba – lumba yang menari-nari, penyu – penyu yang mudah di temui, beningnya Danau Labuan cermin, indahnya salah satu sudut di bagian bumi yang bernama “Biduk-Biduk”, “sepotong surga” yang jatuh di ujung Kalimantan Timur. Semua cerita itu semoga akan tetap kita nikmati di alam nyata bukan hanya akan menjadi sekedar dongeng atau cerita sejarah  indahnya Biduk – Biduk saat belum ada tambang dan kebun. Ah seandainya Pak Jokowi, Bu Susi, Bu Siti dan Pak Arif Yahya datang ke Biduk-Biduk saya yakin keindahan ini akan tetap lestari.

Teluk Sulaiman
Teluk Sulaiman
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun