Dengan penurunan angka threshold Pilkada, banyak pihak merasa optimis bahwa Pilkada kali ini akan lebih semarak dan berkualitas. Semakin banyak partai yang bisa mengusung calon, semakin bervariasi pilihan yang tersedia bagi pemilih.Â
Namun, apakah benar semaraknya Pilkada berarti peningkatan kualitas? Dalam pandangan penulis, jawaban atas pertanyaan ini tidaklah sederhana.Â
Banyaknya Calon, Belum Tentu Berkualitas
Benar bahwa semakin banyak partai yang memenuhi syarat untuk mencalonkan jagoannya, peluang untuk menghasilkan lebih banyak pilihan bagi pemilih memang meningkat.Â
Tetapi, jumlah yang banyak belum tentu berbanding lurus dengan kualitas. Bahkan, dalam beberapa kasus, banyaknya pilihan justru bisa membingungkan pemilih, terutama jika sebagian besar calon yang maju tidak memiliki kapabilitas yang mumpuni untuk memimpin daerah.
Kualitas seorang kepala daerah tidak hanya dilihat dari popularitas atau daya tarik politiknya, tetapi juga dari rekam jejak, visi, serta kemampuan untuk mengelola pemerintahan yang efektif dan melayani kepentingan publik dengan baik.Â
Jika threshold terlalu rendah, ada risiko meningkatnya jumlah calon yang minim pengalaman dan kompetensi, yang hanya akan memperburuk kualitas pemerintahan di daerah tersebut.
Dampak koalisi Kecil pada Kinerja Kepala Daerah
Menurunkan threshold Pilkada juga dapat berdampak pada stabilitas pemerintahan di daerah. Ketika koalisi pendukung seorang kepala daerah terlalu kecil, ia akan menghadapi risiko besar dari oposisi yang lebih kuat.Â
Situasi ini dapat mengganggu kinerjanya dan mempersulit implementasi kebijakan, karena kepala daerah tersebut harus terus-menerus berkompromi atau menghadapi tekanan politik dari oposisi yang lebih besar.