Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis adalah usaha Meng-ada-kan ku

Mencari aku yang senantiasa tidak bisa kutemui

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Pilkada Bukan Kuantitas, tetapi Kualitas

30 Agustus 2024   19:34 Diperbarui: 31 Agustus 2024   17:17 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan penurunan angka threshold Pilkada, banyak pihak merasa optimis bahwa Pilkada kali ini akan lebih semarak dan berkualitas. Semakin banyak partai yang bisa mengusung calon, semakin bervariasi pilihan yang tersedia bagi pemilih. 

Namun, apakah benar semaraknya Pilkada berarti peningkatan kualitas? Dalam pandangan penulis, jawaban atas pertanyaan ini tidaklah sederhana. 

Banyaknya Calon, Belum Tentu Berkualitas

Benar bahwa semakin banyak partai yang memenuhi syarat untuk mencalonkan jagoannya, peluang untuk menghasilkan lebih banyak pilihan bagi pemilih memang meningkat. 

Tetapi, jumlah yang banyak belum tentu berbanding lurus dengan kualitas. Bahkan, dalam beberapa kasus, banyaknya pilihan justru bisa membingungkan pemilih, terutama jika sebagian besar calon yang maju tidak memiliki kapabilitas yang mumpuni untuk memimpin daerah.

Kualitas seorang kepala daerah tidak hanya dilihat dari popularitas atau daya tarik politiknya, tetapi juga dari rekam jejak, visi, serta kemampuan untuk mengelola pemerintahan yang efektif dan melayani kepentingan publik dengan baik. 

Jika threshold terlalu rendah, ada risiko meningkatnya jumlah calon yang minim pengalaman dan kompetensi, yang hanya akan memperburuk kualitas pemerintahan di daerah tersebut.

Dampak koalisi Kecil pada Kinerja Kepala Daerah

Menurunkan threshold Pilkada juga dapat berdampak pada stabilitas pemerintahan di daerah. Ketika koalisi pendukung seorang kepala daerah terlalu kecil, ia akan menghadapi risiko besar dari oposisi yang lebih kuat. 

Situasi ini dapat mengganggu kinerjanya dan mempersulit implementasi kebijakan, karena kepala daerah tersebut harus terus-menerus berkompromi atau menghadapi tekanan politik dari oposisi yang lebih besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun