Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis adalah usaha Meng-ada-kan ku

Mencari aku yang senantiasa tidak bisa kutemui

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Artis dan Politisi Harus Siap Dikuliti Kehidupan Pribadi Mereka?

29 Agustus 2024   21:56 Diperbarui: 29 Agustus 2024   22:35 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: tribunjatim.com

Dalam konteks politisi, apa yang layak dikritik adalah kebijakan, perilaku publik, transparansi, dan etika dalam menjalankan tugas mereka. Kritik terhadap kebijakan publik, misalnya, tidak hanya wajar tetapi juga diperlukan dalam demokrasi yang sehat. Namun, ketika kritik mulai menyasar aspek-aspek yang tidak relevan dengan peran publik seorang politisi, seperti kehidupan pribadi atau kondisi fisik, maka kritik tersebut dapat dianggap tidak proporsional.

Risiko dari budaya kritis yang tidak proporsional adalah perubahan kritik yang seharusnya menjadi alat kontrol demokrasi, menjadi alat penghinaan atau pelecehan. Dampak jangka panjangnya bisa sangat merugikan, tidak hanya bagi individu yang menjadi sasaran, tetapi juga bagi iklim demokrasi dan kebebasan berekspresi secara umum. Publik akan menjadi lebih enggan untuk terlibat dalam diskusi kritis karena takut menjadi korban bullying, dan ini bisa menghambat perkembangan budaya demokrasi yang sehat.

Peran Media Profesional

Media memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga keseimbangan ini. Dalam mengkritisi figur publik, media harus mampu memposisikan diri tanpa melanggar etika jurnalistik. Mereka harus memberikan informasi yang relevan dan faktual, sambil tetap menjaga martabat individu yang diberitakan.

Studi kasus yang menunjukkan bagaimana media dapat menjaga keseimbangan ini sangat penting untuk menjadi acuan. Misalnya, dalam pemberitaan yang memfokuskan pada kebijakan publik atau keputusan strategis yang dibuat oleh seorang politisi, tanpa melibatkan isu-isu pribadi yang tidak relevan. Media juga perlu berhati-hati dalam mengangkat "reaksi netizen", karena ini sering kali menjadi celah untuk masuknya narasi bullying dalam diskusi publik.

Rekomendasi untuk media dalam menangani isu-isu sensitif seperti ini termasuk memperkuat etika pemberitaan, melakukan verifikasi terhadap informasi yang diambil dari media sosial, dan menjaga agar kritik yang disampaikan tetap pada isu-isu yang relevan dengan peran publik seseorang.

Dalam kesimpulan, penting untuk menjaga budaya kritik yang rasional dan sehat. Kritik yang terlalu pribadi dan berubah menjadi penghinaan atau bullying tidak hanya merugikan individu yang menjadi sasaran tetapi juga berpotensi merusak iklim demokrasi kita.

Peran media dan masyarakat sangat penting dalam memastikan bahwa kritik tetap pada jalurnya, yakni sebagai alat untuk mendorong akuntabilitas dan perbaikan, bukan sebagai alat untuk menjatuhkan atau melecehkan individu. Oleh karena itu, ajakan untuk lebih menghargai privasi dan integritas individu, baik artis maupun politisi, dalam ruang publik adalah hal yang sangat perlu untuk terus digaungkan.***MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun