Mohon tunggu...
gunawan wicaksono
gunawan wicaksono Mohon Tunggu... -

kerja

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Kongres PAN dan Pemimpin Visioner

11 Februari 2015   05:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:27 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendek kata, di tangan seorang pemimpin visioner, diharapkan visi dapat menjadi kekuatan, sekaligus daya tarik yang mampu menciptakan kegairahan dan antusias dalam kehidupan partai. Secara substantif, pemimpin visioner merupakan pemimpin yang bisa menciptakan dan mengartikulasikan sebuah visi realistik dan mendorong pengikutnya untuk berkembang menuju masa depan yang baik.

Ke depan PAN butuh seorang pemimpin visioner sekaligus pluralis. Sikap pluralis ini penting untuk dapat mengkomunikasikan program dan platform partai kepada partai lain atau komunitas lain dalam masyarakat, sehingga PAN ke depan tidak boleh lagi tergantung pada figur dan sosok pemimpin, tapi harus mampu memperluas jaringan dan memiliki komunikasi politik yang baik. Hal tersebut sedikit banyak sudah di lakukan Ketua umum incamben Hatta Rajasa.

Selain bagaimana memilih ketua partai pluralis dan visioner sebagaimana diutarakan di atas, kongres PAN di Bali nantinya perlu diupayakan jangan sampai terjadi perpecahan.

Pertanyaannya, apakah pengaruh perpecahan partai-partai bagi kehidupan politik dan demokrasi? Hubungan anggota partai dengan pimpinannya dalam masyarakat Indonesia masih kental sebagai hubungan pribadi dan kekerabatan, serta solidaritas pengikut terhadap pimpinannya.

Jika hal itu benar, berarti perpecahan pimpinan partai membawa perpecahan pengikut. Semua itu akan berpengaruh negatif terhadap kehidupan politik di masyarakat.

Perpecahan partai yang terjadi selama ini menambah jumlah partai politik. Banyaknya partai politik justru tidak memperkokoh kestabilan dan memperlemah fungsi demokrasi.

Untung sistem pemerintahan kita presidensiil. Karena kalau sistem pemerintahan masih seperti demokrasi parlementer tahun 1950-an, bisa jadi setiap perpecahan partai tidak akan membantu konsolidasi dan demokrasi, melainkan justru sebaliknya. Ini harus diantisipasi oleh peserta kongres di Bali. Karena, gejalanya memang tidak kelihatan ada konflik internal di tubuh PAN.

Sebagai catatan akhir, para peserta kongres PAN di Bali hendaknya dapat memilih pemimpin partai yang idealis, visioner dan pluralis. Tetapi sekaligus juga paham agama dan mampu mengkomunikasikan program dan platform partai kepada partai-partai lain.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun