Belakangan aku makin risau kala orang-orang memandangku sebagai pemuda yang pemalas, mereka saling berbisik, berkata:
"Lihat, lelaki pemalas itu.."
"Iya, tak tahu malu.."
"Lihat saja dirinya, tak mau bekerja.."
Lalu aku memandangi diriku sendiri, apakah aku pemalas? Apakah seseorang bisa disebut giat manakala dirinya bekerja di kantor atau menjadi pekerja proyek? Aku bukan lelaki pemalas sebab hari-hariku juga kugunakan untuk menertibkan motor, catat baik-baik; hanya menertibkan motor. Pun aku ikhlas seandainya tak diberi uang, kenapa orang-orang menjadi sewot?
Pun orang-orang ramah kepadaku, biasanya Lik Karmin akan menyapaku kala aku menyedot rokok sembari mencecap segelas kopi di meja. "Las, piye dino iki? Oleh akeh?" Aku pun menjawab dengan isyarat jempol. Kata orang-orang itu adalah sindiran kepadaku. Hah? Apanya yang sindiran? Lik Karmin hanya bertanya soal banyak atau tidaknya pembeli yang mendatangi minimarket, bukan hal lain.
Beberapa waktu, sekitar dua bulan lebih aku menjalankan rutinitas itu. Aku tetiba mendapatkan surat laporan dari Pak RT. Isinya adalah pelaporan perihal keresahan warga atas tindakanku merapikan motor, mereka memintaku berhenti. Aku mengajukan banding pada Pak RT, "Pak, pihak minimarket tak pernah berkeluh kesah atas ini, malahan mereka senang dengan keberadaanku."
Dan itulah fakta yang sebenarnya, pihak minimarket tak pernah sinis, apalagi mengusirku dari sana. Karena mereka bermurah hati, terkadang beberapa karyawan juga kukasih uang-uang kecil sebagai salam pertemanan. Aku memang suka berbagi dengan mereka, aku mengenal karyawan itu dengan baik.
Malahan mereka sering mencariku kala aku tak enak badan, "kemarin kemana, Las?" tanya seorang karyawan. Tapi berdasar surat laporan Pak RT itu, aku dikiranya menganggu ketertiban umum. Ya Tuhan, kenapa orang-orang selalu menghalangi i'tikad orang berbuat baik? Dari situ aku memberhentikan kebiasaan baikku untuk merapikan motor di minimarket. Mungkin masih banyak kebaikan yang bisa kulakukan selain itu.
Semenjak tak merapikan motor lagi, aku pun sekarang menjadi sukarela di lampu merah untuk membersihkan kaca-kaca mobil dengan sulak yang terbuat dari bulu ayam. Aku senang berbuat seperti itu, semoga tak ada yang risau lagi dengan perbuatanku itu.
Syukurlah, kebiasaan baikku disambut baik orang-orang, aku sering dikasihnya uang receh.[]