Aku sama sekali tak mengindahkannya. Aku terus asyik menggerakkan jari-jari lentikku di atas lembaran-lembaran kertas kehidupan. Menuliskan pena kerinduan akan hadirnya ketenangan jiwa dari bilik-bilik penantian.
"Roman hidup apa yang kamu cari. Hingga kamu tak mengindahkanku yang ada di dekatmu. Padahal, aku adalah roman hidup sebenarnya, yang akan mendamaikan rasa dan pikiranmu saat ini?"
Sontak aku hentika njari-jari lentikku di atas lembaran-lembaran kertas kehidupan. Aku diam sejenak, sambil menatapnya tajam. Apa maksud perkataanya itu? Kenapa bidadari kecil itu menanyakan hal yang sedang aku rasakan dan aku pikirkan?
Sang bidadari kecil itu tersenyum manis di dekatku. Seolah-olah dia mengetahui jalan rasa dan pikiranku. Meski aku tak mengindahkan dirinya, tak tampak kecewa dan marah pada raut wajahnya yang anggun dan mempesona. Justru yang tampak adalah wajah penuh kasih dan sayang.
***
Tak henti-hentinya aku menatap wajah bidadari kecil itu. Seandainya malam, dia laksana rembulan. Seandainya siang, dia laksana matahari. Dan akan selalu menyinari kehidupan manusia yang mengharapkan terang.
Aku pun kian hanyut dan larut oleh keanggunan dan pesonanya yang memikat. Tak ada kata-kata yang terucap untuk bisa menghujat, tak ada kalimat-kalimat yang tepat untuk mendebat, atas keanggunan dan pesonanya yang melekat.
Aku tersadar dengan cepat, saat bidadari kecil itu berkata kepadaku, "Jangan berlebihan memuji keanggunan dan pesonaku, serta keberadaanku di hadapanmu saat ini. Karena hal itu akan menghilangkan roman hidup sebenarnya yang engkau cari selama ini."
Roman hidup adalah ketulusan dan adilnya rasa cinta yang melekat dalam diri manusia. Ketika aku hadir di hadapanmu, tapi engkau tak mengindahkannya, maka tak ada rasa cinta dalam dirimu. Ketika aku menyapamu, tapi engkau tak mengindahkannya pula, maka tak ada lagi rasa cinta dalam dirimu.
Hendaknya engkau berlaku adil, bukan hanya bisa memuji keanggunan dan pesonaku, serta keberadaanku di dekatmu, tapi dekatkan dirimu dan sapalah aku dengan hatimu, dan pujilah aku dengan pikiranmu.
"Jika engkau bisa mendekati manusia dengan hatimu, dan menilai manusia dengan pikiranmu, niscaya engkau akan temukan roman hidup manusia yang sebenarnya. Yang dengan hatimu, kamu akan berlaku tulus pada manusia, dan dengan pikiranmu, engkau akan berlaku adil pada manusia."