Mohon tunggu...
gunawan trihantoro
gunawan trihantoro Mohon Tunggu... Penulis - Berbuat untuk Perubahan

Penulis Buku Cinta Karya Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Secangkir Kopi

18 Juni 2020   00:50 Diperbarui: 18 Juni 2020   00:46 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gelegar petir keras membahana menyapu sunyi,
Berbaju hujan lebat dingin kuat menyelimuti sepi,
Aku tersandera di pojok gelap dengan secangkir kopi,

Lampu portable panjang putih susu ku nyalakan,
Beberapa buku literasi ku baca menemani kegundahan,
Mencari rujukan dalil-dalil pembenaran ketidakadilan,

Malam semakin larut jauh menyeret kegelisahan hati,
Angin berhembus kuat menyusup ke lubang pori-pori,
Aku hangatkan tubuh dengan secangkir kopi yang tersaji,

Suara jerit-tangis rakyat kecil terdengar di keheningan,
Membuatku siuman dari ketidaksadaran rasa kemanusiaan,
Untuk bangkit menyuarakan kebenaran dalam bait-bait puisi pembebasan,

Rumah Kayu, 20 April 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun