6. Menanam kesawah
7. Sekitar 2 minggu biasanya sudah mulai dikasih pupuk
8. Sudah besar padinya lalu dirambet (dibersihkan rumputnya)
9. Ngerambet mino (membersihkan rumput kedua kalinya)
10. Babad tamping
11. Panen
12. Menjemur
13. Disimpan ke lumbung padi
Dari sini kita dapat membayangkan begitu rumitnya menanam padi. Oleh karena itu membutuhkan keahlian utuk bertani supaya tidak asal menanam begitu saja sehingga penghasilannya pun jauh lebih unggul dengan para petani sekarang. Kenapa demikian? Karena karuhun kita dalam menanam sesuatu itu sesui dengan tata-titinya. Perlu kita ketahui kualitas berasnya pun berbeda, kalau zaman sekarang makan satu piring baru kenyang, sedangkan zaman dahulu cukup makan hanya dengan satu kepal saja sudah kenyang.Â
Kalau melihat ajaran leluhur Sunda rumput di sawah itu tidak boleh di semprot pakai obat karena ekosistem tidak akan setabil. Serangganya mati, belalangnya mati, belut yang ada di sawah pun ikut mati. Bahkan tanaman padi yang ada di sawah juga tidak boleh menggunakan pupuk dari toko. Orang tua kita mengajarkan supaya tidak menggunakan pupuk toko maka jerami padinya itu harus dibakar di sawahnya sehingga nanti abunya itu dijadikan pupuk. Dengan cara itu maka ekosistem lingkungan pun akan setabil. Serangga tidak mati, belalang tidak mati, belut pun tidak ikut mati karena cukup dengan ditabur abu jerami saja.Â
Sebagai Negarawan yang baik dan berbudaya luhur, sudah sepatutnya kita memahami terhadap warisan-warisan leluhur kita. Bagaimana cara mengolah sawah, bagaimana cara mengolah kebun, bagaimana cara bertani yang benar, merawat tumbuhan, bisa memilah dan memilih mana yang harus di jaga, tahu mana yang disebut "Leuweung larangan" (Hutan Larangan/Hutan Rebosiasi), leuweung tutupan, dan leuweung baladahan (Garapan).Â