Ngaji BudayaÂ
Budaya kadangkala termarjinalkan dan bukan menjadi hal yang diprioritaskan. Ini bisa terjadi karena kita gagal paham atau mungkin kurang bisa memahami itu. Misalnya, masih ada sebagian dari masyarakat yang menganggap budaya sebagai suatu tradisi, kampungan dan lain-lain. "Pedahal kita hanya belum paham dan mengerti saja terhadap maknanya".
Budaya itu sama dengan ilmu pengetahuan, ada metodologi-metodologi yang harus dipahami sebelumnya. Misalnya dalam budaya Sunda, ada istilah Panca Curiga yang berarti lima titian ilmu; Sindir, Silib Siloka, Simbol, Sasmita, Sunnyata. Metodologi ini digunakan untuk membantu mengartikan dan memaknai sesuatu sehingga mudah untuk dimengerti.
Artinya bahwa menyampaikan sesuatu itu dengan simbol-simbol. Dan orang yang bisa dengan fenomena simbol itu, maka dialah orang yang sasmita/weruh durung winara, dan dialah orang yang bisa memahami alam ini dengan baik dan cukup dengan tanda-tanda saja. Maka dari itu orang sunda memiliki tingkat sensitifitas yang sangat tinggi. Jadi kalau tersinggung tidak mau bertengkar dan akan pergi karna tidak mau ribut. Sehingga orang mengatakan daya juangnya rendah. Karena pada dasarnya orang sunda itu sangat sensitif dan hidupnya mengandalkan perasaan. Ketika perasaannya sudah tidak bisa menerima daripada bertengkar lebih baik pergi saja.
Contohnya dalam penggunaan bahasa juga sebagai salah satu cara berbudaya. Karna ketika Bahasa yang disampaikan atau dikatakan oleh satu orang, maka akan memiliki arti dan pemahaman yang berbeda dengan orang lain, karena setiap orang punya pengetahuan dan pemahaman masing-masing. Dengan begitu sikap toleransi dalam berbudaya juga harus tetap dijunjung. Beberapa kejadian di Indonesia saat ini menunjukkan bahwa mereka telah kehilangan Bahasa dalam berbudaya sehingga muncul perselisihan pertengkaran dan lain-lainnya.
Dijaman sekarang ini budaya Nusantara mulai terkikis seiring perkembangan jaman. Beberapa malah mengalami pendangkalan makna. Ini karena budaya leluhur yang punya filosofi dan makna mendalam sudah mulai banyak ditinggalkan karena minimnya orang-orang yang mau dan ingin melestarikan. Dan masih banyak yang berpikir kalau budaya leluhur itu sesuatu yang primitif, pedahal sebenarnya teknologi itu sudah ada dari jaman dulu hanya saja bentuk dan istilahnya yang berbeda dengan saat ini.
Contoh lain yaitu Sajen (sesajen), Jampe dan Pineja yang merupakan bagian dari budaya leluhur. Banyak dari masyarakat menganggap kalau ini adalah ilmu hitam, ilmu yang tidak baik dan pandangan orang negatif.
“Padahal sebenarnya budaya itu tergantung bagaimana cara kita menggunakan dan memanfaatkan. Kalau untuk sesuatu hal yang positif dan baik ya itu adalah budaya,  Karena budaya itu adalah suatu Budi Pekerti yang di tanamkan dalam diri pribadi masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H